Alasan Orang-Orang Tidak Mudah Membuka Diri dengan Orang Terdekat

Self-harm (menyakiti diri sendiri)
Sumber :
  • freepik.com

Olret – Secara logika, orang terdekat seperti pasangan, sahabat, orang tua, atau keluarga seharusnya jadi tempat paling aman untuk bercerita. Tapi realitanya nggak selalu begitu.

Apakah Masturbasi Menghancurkan Hasrat Seksual?

Banyak orang justru memendam perasaan, menyimpan masalah sendirian, atau hanya berbagi setengah-setengah, meski dikelilingi orang yang peduli. Fenomena ini bukan sekadar “sok kuat” atau keras kepala, tapi punya banyak alasan psikologis di baliknya.

Takut Dianggap Lemah atau Merepotkan

West Ham Finalisasi Masa Depan Paqueta Setelah Kartu Merah Kontroversial

Salah satu alasan paling umum adalah rasa takut dicap lemah. Ada anggapan bahwa mengeluh atau mengungkapkan kesedihan berarti tidak mandiri.

Akibatnya, seseorang memilih memikul beban sendiri demi menjaga citra sebagai sosok yang “kuat” dan bisa diandalkan. Selain itu, banyak juga yang khawatir akan membebani orang terdekatnya, apalagi jika merasa masalahnya terlalu berat atau rumit.

Bintang Barca Absen Karena Trauma Psikologis Pasca Kekalahan dari Chelsea

Pengalaman Buruk di Masa Lalu

Pernah bercerita lalu malah diremehkan, dibandingkan, atau rahasianya bocor? Pengalaman semacam ini bisa meninggalkan luka emosional yang dalam. Otak kemudian membangun mekanisme perlindungan: lebih baik diam daripada tersakiti lagi.

Tak heran jika orang yang pernah dikhianati cenderung lebih selektif, bahkan kepada orang yang sebenarnya tulus.

Takut Diadili dan Tidak Dipahami

Membuka diri berarti menunjukkan sisi rapuh, sisi yang tidak selalu manis. Sayangnya, tidak semua orang merasa aman untuk itu. Ketakutan akan komentar seperti “lebay”, “kurang bersyukur”, atau “drama” membuat banyak orang memilih menahan cerita.

Mereka takut respons yang datang bukan empati, melainkan kritik atau nasihat yang menghakimi.

Tidak Terbiasa Mengekspresikan Emosi

Tidak semua orang tumbuh di lingkungan yang membiasakan komunikasi emosional. Ada yang sejak kecil diajarkan untuk menahan tangis, tidak membicarakan masalah keluarga, atau selalu “kuat”. Akibatnya, saat dewasa mereka kesulitan mengidentifikasi perasaan sendiri, apalagi mengungkapkannya ke orang lain. Bukan tidak mau, tapi memang tidak tahu harus mulai dari mana.

Trauma dan Luka Batin yang Belum Pulih

Trauma, baik dari hubungan masa lalu, keluarga, maupun peristiwa tertentu, bisa membuat seseorang membangun tembok emosional yang tebal. Membuka diri terasa seperti membuka kembali luka lama. Mereka memilih diam karena merasa lebih aman, meski di sisi lain merasa kesepian.

Halaman Selanjutnya
img_title