7 Alasan Anak Dewasa Tetap Terhubung dengan Orang Tua Toxic
- Freepik.com
Olret – Hubungan orang tua-anak sering kali digambarkan penuh kasih sayang, tetapi hal ini tidak berlaku bagi banyak anak dewasa.
Sebaliknya, mereka terus-menerus menanggung kekerasan emosional atau perlakuan buruk dari orang tua mereka yang merendahkan harga diri mereka.
Jika kamu mendapati diri dalam situasi ini, kamu mungkin bertanya-tanya mengapa tetap berhubungan dengan orang tua yang terus-menerus meremehkan kamu, memanipulasi, mengabaikan kebutuhan dan perasaan, atau memutarbalikkan kejadian sehingga semuanya menjadi kesalahan kamu.
Keinginan untuk mendapatkan kasih sayang dan penerimaan orang tua bisa sangat kuat dan membingungkan, yang membuat kamu tetap terhubung meskipun menyadari dampak negatifnya.
Dilansir dari psychologytoday (10/05), tulisan ini mengupas beberapa alasan mengapa anak-anak dewasa memelihara hubungan dengan orang tua yang suka melakukan kekerasan emosional. Pertimbangkan mana di antara keduanya yang mencerminkan pengalaman.
1. Menginginkan kasih sayang dan persetujuan orang tua
Keluarga toxic
- freepik.com
Merasa bingung karena menginginkan cinta dari seseorang yang tidak memberikan rasa aman dapat dimengerti. Ini bukan sesuatu yang kamu pilih secara sadar, tetapi naluri bertahan hidup yang dasar.
Sejak bayi, manusia dirancang untuk terhubung dengan pengasuhnya. Hubungan ini bersifat biologis; Kelangsungan hidup kamu bergantung padanya. Sekalipun orang tua kamu tidak memberikan rasa aman atau pengasuhan yang konsisten, kebutuhan akan penerimaan dan persetujuan mereka tetap kuat.
Hal itu dapat membuat kamu mendambakan cinta dan validasi mereka serta mencari hubungan meskipun hal itu menimbulkan rasa sakit.
2. Berharap mereka akan berubah
Pertemanan toxic
- freepik.com
Banyak di antara kita yang berpegang teguh pada keyakinan bahwa orang tua kita akan berubah. Kita ingin percaya bahwa mereka tidak bermaksud menyakiti kita, atau bahwa mereka menyesali kejahatan yang mereka perbuat.
Kamu mungkin terus berharap bahwa kamu akhirnya akan mendapatkan ucapan "Aku bangga padamu" yang telah lama ditunggu-tunggu atau bahwa mereka akan berhenti minum atau memberikan permintaan maaf yang tulus.
Harapan bahwa orang tua mungkin berubah atau memperbaiki perilaku mereka seiring waktu dapat menjadi motivator yang kuat untuk tetap terhubung. Terkadang, lebih sulit lagi melepaskan harapan ini jika orang tua sesekali menunjukkan kebaikan, pengertian, atau perhatian kepada kamu.