Bagaimana Otak Memberi Perintah untuk Menangis? Ini Penjelasan Ilmiahnya

Jadilah bahu untuk menangis, jika perlu
Sumber :
  • U-Repot

Olret – Tangisan bukan cuma soal perasaan yang meledak atau drama yang menyentuh hati. Di balik satu tetes air mata, ada proses biologis kompleks yang melibatkan kerja sama antara otak, sistem saraf, dan kelenjar air mata. Setiap kali kamu menangis, sebenarnya tubuh sedang menjalankan sistem canggih yang sudah terprogram sejak lahir.

Kenali Tanda Tubuh Kelebihan Gula, Jangan Sampai Manisnya Bikin Sakit!

Gimana otak bisa memberi perintah agar air mata keluar? Yuk, kita bongkar prosesnya secara ilmiah, tapi dengan cara yang tetap seru buat dipahami.

1. Semua Dimulai dari Sinyal Emosi

Air mata emosional muncul karena sinyal yang diproses oleh sistem limbik, pusat pengatur emosi dalam otak. Ketika kamu merasa sedih, stres, bahagia banget, atau bahkan frustrasi, bagian otak bernama amigdala akan aktif.

7 Tips Menjaga Imun Tubuh saat Musim Pancaroba

Amigdala ini bertugas mendeteksi emosi dan menghubungkannya dengan respons tubuh. Saat emosi sudah cukup kuat, amigdala mengirim sinyal ke bagian otak lain untuk mulai memproses reaksi fisik—termasuk menangis.

2. Hipotalamus Sebagai Pusat Komando

5 Kebiasaan Kecil yang Bikin Wajah Cepat Tua

Setelah menerima sinyal dari amigdala, hipotalamus mengambil alih sebagai pusat komando. Hipotalamus bertugas menerjemahkan emosi menjadi respons tubuh melalui sistem saraf otonom, yaitu sistem yang bekerja di luar kendali sadar kita.

Dari sini, sinyal diteruskan ke pons, bagian dari batang otak yang mengatur banyak fungsi otomatis, termasuk perintah ke kelenjar air mata untuk mulai bekerja.

3. Kelenjar Lakrimal Bekerja

Sinyal dari otak akhirnya sampai ke kelenjar lakrimal, yaitu bagian yang bertanggung jawab memproduksi air mata. Kelenjar ini berada di sudut atas mata dan langsung aktif begitu dapat perintah.

Yang menarik, air mata karena emosi mengandung zat-zat kimia yang berbeda dibanding air mata karena iritasi mata. Menurut penelitian dari Dr. William H. Frey II, air mata emosional mengandung hormon stres seperti ACTH dan prolaktin, yang membantu tubuh menyeimbangkan kembali sistemnya setelah tekanan emosional.

4. Efek Menenangkan Setelah Menangis

Rasa lega yang muncul setelah menangis bukan sugesti. Proses ini disebut katarsis, yaitu pelepasan emosi yang memberi efek menenangkan. Menangis mengaktifkan sistem saraf parasimpatik, yang menurunkan detak jantung, merilekskan otot, dan menenangkan pikiran.

Secara ilmiah, ini adalah mekanisme tubuh untuk kembali ke kondisi stabil setelah "alarm emosi" berbunyi.

5. Tidak Semua Orang Menangis dengan Mudah

Beberapa orang merasa sulit menangis meski sedang dalam tekanan. Hal ini bisa disebabkan oleh kondisi psikologis, trauma masa lalu, atau bahkan kelainan langka seperti alacrima, yaitu ketidakmampuan memproduksi air mata.

Faktor hormon juga berpengaruh. Hormon prolaktin, yang lebih tinggi pada perempuan, membuat perempuan secara biologis lebih mudah menangis dibanding laki-laki. Tapi tentu saja, faktor budaya dan cara dibesarkan juga ikut menentukan seberapa bebas seseorang mengekspresikan emosinya lewat tangisan.

6. Tangisan = Bahasa Tubuh yang Jujur

Meski bisa menyembunyikan senyum palsu atau berkata “gapapa” padahal jelas-jelas gak baik-baik aja, tubuh gak bisa diajak kompromi. Tangisan adalah bentuk komunikasi tubuh yang paling jujur. Ketika otak sudah mengeluarkan “perintah darurat”, air mata bisa jadi satu-satunya bentuk ekspresi yang paling murni dan tidak dibuat-buat.

 

Menangis bukan sekadar soal lemah atau kuat. Tangisan adalah bentuk respon biologis yang terjadi karena kerja sama kompleks otak, hormon, dan sistem saraf. Ini adalah cara tubuh menjaga keseimbangan emosional dan mental kamu.

Jadi lain kali saat air mata mulai jatuh, gak perlu ditahan atau disalahkan. Itu bukti bahwa sistem tubuh kamu masih bekerja dengan baik. Dan sekarang kamu tahu: satu tangisan menyimpan lebih banyak sains daripada yang selama ini dipikirkan.