Apakah Makan Nasi Bikin Ngantuk? Ini Penjelasan Ilmiahnya
- sanook
Olret – Buat sebagian orang, rasa kantuk setelah makan nasi adalah hal yang “wajib datang”. Baru juga suapan terakhir masuk, eh, mata langsung berat, kepala mau rebahan. Fenomena ini sering bikin penasaran apakah nasi memang punya “jurus rahasia” bikin ngantuk, atau cuma sugesti belaka? Yuk, kita kupas tuntas dari sisi ilmiah.
Kenapa Nasi Bisa Bikin Kantuk?
Nasi adalah sumber karbohidrat utama bagi banyak orang Indonesia. Begitu masuk ke tubuh, karbohidrat dipecah menjadi glukosa, lalu masuk ke aliran darah untuk jadi bahan bakar energi. Nah, lonjakan glukosa ini ternyata memicu tubuh melepaskan insulin dalam jumlah besar.
Insulin membantu glukosa masuk ke sel-sel tubuh, tapi juga membuat kadar asam amino tertentu di darah berubah. Salah satunya adalah triptofan bahan baku untuk memproduksi hormon serotonin dan melatonin, yang berperan penting dalam mengatur rasa rileks dan kantuk.
Dengan kata lain, setelah makan nasiap lagi dalam porsi besar tubuh seperti menekan tombol “mode santai” yang bikin kamu merasa ingin tidur.
Faktor Porsi dan Jenis Nasi
Bukan cuma soal nasi, tapi juga berapa banyak dan jenis nasinya.
- Nasi putih memiliki indeks glikemik (GI) tinggi, artinya cepat diubah menjadi glukosa sehingga lonjakan gula darah terjadi lebih cepat efek kantuk pun lebih terasa.
- Nasi merah atau nasi cokelat punya GI lebih rendah, sehingga pelepasan glukosa ke darah lebih lambat. Efek “serangan kantuk” jadi tidak sekuat nasi putih.
Porsinya juga sangat berpengaruh. Sepiring penuh nasi putih dengan lauk manis atau berlemak membuat tubuh bekerja ekstra untuk mencerna makanan. Saat itu, aliran darah lebih banyak dialirkan ke sistem pencernaan ketimbang ke otak itulah yang membuat kamu jadi merasa lemas dan ngantuk.
Bukan Nasi Saja yang Bikin Ngantuk
Efek kantuk setelah makan, atau istilah ilmiahnya postprandial somnolence, bukan cuma terjadi karena nasi. Makanan tinggi karbohidrat atau gula seperti roti putih, mie, kue manis, bahkan minuman boba juga bisa memberi efek serupa.
Selain itu, kombinasi makanan berlemak tinggi dan porsi besar akan memperlambat pencernaan, membuat tubuh masuk ke “mode istirahat” lebih lama.