Kisah Saksi Mata yang Melihat Hancurnya Rumah DI Panjaitan Ditembaki Tjakrabirawa

DI Panjaitan bersama istri dan anak-anaknya
Sumber :
  • dokumentasi keluarga DI Panjaitan

Olret VIVADI Panjaitan dengan baju seragam tentara kebesarannya turun dari lantai dua rumahnya. Dia menemui pasukan tentara Tjakrabirawa yang telah menembaki rumahnya secara membabi-buta.

VOC: Perusahaan 'Ngeri' yang Pernah Kuasai Nusantara, Hartanya Setara Rp2.000 Triliun!

DI Panjaitan kemudian minta waktu sebentar untuk berdoa dulu. Namun pasukan Tjakrabirawa yang dipimpin Pelda Jahurup tidak sabar menanti, lalu dengan kejam menembaki DI Panjaitan dengan berondongan peluru hingga tewas.

Donald Izacus Panjaitan yang saat itu menjabat sebagai Asisten IV/Logistik Menpangad, gugur di halaman rumahnya.

Dua Korban Meninggal Akibat Kebengisan G30S PKI yang Tidak Dianugerahi Gelar Pahlawan Revolusi

Pasukan penculik dari Tjakrabirawa dengan bengis melempar mayat DI Panjaitan ke dalam truk pengangkut, dilihat oleh putrinya Catherine dan istrinya Marieke Tambunan.

DI Panjaitan dan istrinya Marieke Tambunan

Photo :
  • dokumentasi keluarga DI Panjaitan

MU Dapat "Anggukan" Dari Elliot Anderson Dengan Mahar Ratusan Juta Euro

DI Panjaitan kemudian dikubur dalam lubang sempit bersama enam perwira Angkatan Darat lainnya di dekat Pangkalan Udara Halim Perdanakusumah yang kini dikenal sebagai Lubang Buaya.

Meida Saimima Matiur Tambunan orang pertama yang melihat langsung betapa hancurnya rumah DI Panjaitan setelah ditembaki pasukan Tjakrabirawa

Meida adalah adik kandung Marieke Tambunan istri DI Panjaitan. Saat itu Meida sedang berada di Jakarta  menemani suaminya Maraden Panggabean (Deputi Men/Pangad untuk wilayah Kalimantan) yang bertugas.

Maraden Panggabean yang kelak menjadi Panglima ABRI dalam buku biografinya "Berjuang dan Mengabdi" memuat cerita istrinya Meida Tambunan saat datang menghampiri rumah DI Panjaitan pada pagi hari 1 Oktober 1965.

Berikut cerita Meida Tambunan saksi mata yang melihat hancurnya rumah DI Panjaitan ditembaki Tjakrabirawa, dinukil dari buku "Berjuang dan Mengabdi".

Bab: Meletusnya Gerakan 30 September (G-30-S)

Setelah pesawat terbang yang membawa suami saya mengangkasa, saya kembali ke mess melalui rute yang sama ketika kami pergi ke lapangan udara. 

Saat itu jam menunjukkan pukul 07.00 dan keadaan pun sama saja dengan sewaktu kami lewat sebelumnya. Lapangan Monas dan sepanjang jalan masih ditempati oleh pasukan-pasukan TNI Angkatan Darat dalam keadaan siap tempur. 

Di depan Gedung Pusat Telekom beberapa pasukan sedang berjaga-jaga. Setibanya di mess, seorang pembantu dengan muka yang pucat dan suara terputus-putus melaporkan, bahwa Katryn, putri Brigadir Jendral D.I. Panjaitan baru saja datang mencari saya. 

Halaman Selanjutnya
img_title