5 Jebakan Finansial yang Tak Diajarkan di Sekolah: Jangan Sampai Terjebak!

Jebakan Finansial yang Tak Diajarkan di Sekolah
Sumber :
  • Youtube

Olret – Pernahkah Anda bertanya, mengapa kita diajarkan rumus Pythagoras dan tabel periodik, tetapi tidak pernah diajarkan cara mengelola gaji sendiri? Ironisnya, begitu lulus, masalah keuangan justru menjadi bom waktu yang paling sering memicu stres dan kekacauan hidup.

4 Shio yang Ditakdirkan Selalu Dikelilingi Keberuntungan, Adakah Shio Kamu?

Menurut data terbaru, literasi keuangan di Indonesia masih jauh dari ideal. Artinya, sebagian besar dari kita masuk ke dunia kerja tanpa memiliki peta dasar keuangan.

Video dari Zona Berpikir ini membedah lima kebodohan finansial paling umum yang sering kita ulangi karena luput dari kurikulum pendidikan. Jika Anda ingin keuangan Anda lebih stabil, pastikan Anda menghindari lima jebakan berikut!

Duel Safe Haven di Tengah Badai Inflasi: Emas vs Bitcoin, Mana yang Paling Cuan di Akhir 2025?

1. Menabung Itu Sisa, Bukan Prioritas

menabung

Photo :
  • https://media.bareksa.com/

Ketika Rp300 Triliun Lenyap dalam 15 Menit: Sisi Gelap Kripto dan Jeritan Jiwa yang Bangkrut

Inilah mentalitas jebakan pertama: menganggap menabung adalah sisa dari pengeluaran. Sekolah membentuk kita menjadi akademisi yang cerdas, tetapi miskin skill finansial praktis. Kita tumbuh dengan pola pikir "Gaji datang, bayar tagihan, belanja, dan (jika ada sisa) baru menabung."

Pola ini menjebak Anda dalam siklus "Paycheck to Paycheck" alias gaji bulanan selalu habis. Ketika krisis datang (seperti PHK atau motor rusak), Anda langsung panik dan terpaksa berutang.

Solusi Praktis:

  • Otomatisasi Tabungan: Ubah mindset. Begitu gaji masuk, langsung auto-transfer 10%-20% ke rekening terpisah. Bayar diri Anda dulu sebelum membayar orang lain!

  • Dana Darurat adalah Benteng: Selesaikan Dana Darurat (minimal 3-6 bulan biaya hidup) sebelum Anda melirik investasi berisiko. Ini adalah jaring pengaman Anda.

  • Terapkan Aturan 50/30/20: Alokasikan 50% untuk kebutuhan, 30% untuk gaya hidup/keinginan, dan 20% untuk tabungan/investasi.

2. Utang Tanpa Edukasi: Mobil Tanpa Rem

Mengapa Kita Tidak Boleh Sungkan untuk Menagih Utang Ini Alasannya

Photo :
  • Google Image

Di Indonesia, utang memiliki dua wajah: alat bantu (leverage) dan jerat pemisah. Sayangnya, mayoritas orang jatuh ke dalam jerat utang konsumtif (kartu kredit, KTA, Paylater) tanpa memahami cara kerjanya.

Utang tanpa edukasi ibarat mengendarai mobil tanpa rem. Anda tidak mengerti laju bunga, total biaya yang harus dibayar, atau konsekuensi jika gagal bayar. Akhirnya, Anda stres dan terperangkap gali lubang tutup lubang demi menjaga gaya hidup.

Solusi Praktis:

Halaman Selanjutnya
img_title