Perbedaan Burnout dan Depresi, Jangan Salah Paham!

Risiko Depresi Terkait Pekerjaan
Sumber :
  • sanook

Olret – Kata burnout dan depresi makin sering terdengar di obrolan sehari-hari, terutama di kalangan pekerja muda. Ketika pekerjaan terasa menumpuk, semangat mulai hilang, dan tubuh rasanya berat banget untuk bangun pagi, kita sering bilang, “Kayaknya gue burnout.” Atau bahkan, “Duh, jangan-jangan gue lagi depresi.”

7 Cara Mengenali Rekan Kerja yang Alami Burnout

Masalahnya, dua istilah ini sering tertukar. Padahal burnout dan depresi adalah dua hal yang berbeda, baik dari penyebab, gejala, maupun dampaknya. Mengira burnout sebagai depresi bisa membuat kita terlalu panik, sementara menganggap depresi hanya burnout bisa bikin kita menyepelekan kondisi yang serius.

Biar kamu nggak salah paham lagi, yuk kita bahas tuntas apa bedanya burnout dan depresi dan kenapa penting banget mengenalinya sejak dini.

Macam-Macam Sakit Kepala dan Penyebabnya, Jangan Anggap Remeh

 

Apa Itu Burnout?

Burnout adalah kondisi kelelahan fisik, mental, dan emosional yang disebabkan oleh stres kronis, terutama dari pekerjaan atau tanggung jawab yang terus menerus tanpa jeda.

7 Topik Obrolan Penting yang Wajib Kamu Bahas Bareng Pasangan Sebelum Menikah

Biasanya burnout terjadi ketika kamu merasa beban kerja terlalu berat, ekspektasi terlalu tinggi, kurang istirahat, atau tidak mendapatkan dukungan sosial yang cukup. Ini bukan cuma capek biasa, tapi kondisi di mana kamu mulai merasa hampa, sinis terhadap pekerjaan, dan kehilangan motivasi secara perlahan.

Beberapa ciri umum burnout antara lain:

  • Selalu merasa lelah, bahkan setelah istirahat
  • Semangat kerja menurun drastis
  • Merasa pekerjaan tidak ada artinya
  • Mudah frustrasi atau marah tanpa alasan jelas
  • Menarik diri dari tanggung jawab

Yang menarik, burnout umumnya bersifat situasional. Artinya, jika penyebab stresnya dihilangkan misalnya kamu ambil cuti, berganti lingkungan kerja, atau mulai mengatur ulang prioritas maka kondisi burnout bisa pulih dengan perlahan.

 

Apa Itu Depresi?

Sementara itu, depresi adalah gangguan mental yang jauh lebih kompleks. Depresi bisa muncul karena faktor biologis (misalnya genetik atau ketidakseimbangan hormon), psikologis (trauma, rasa kehilangan), dan sosial (lingkungan tidak suportif, tekanan hidup berkepanjangan).

Depresi bukan hanya soal pekerjaan. Ini kondisi yang memengaruhi seluruh aspek kehidupan: mulai dari cara berpikir, merasakan, bertindak, hingga cara memandang diri sendiri dan masa depan.

Tanda-tanda depresi meliputi:

  • Merasa sedih atau kosong hampir sepanjang hari
  • Kehilangan minat pada hal-hal yang dulu disukai
  • Kesulitan tidur atau justru tidur berlebihan
  • Perubahan nafsu makan
  • Merasa tidak berharga atau bersalah secara berlebihan
  • Pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau mengakhiri hidup

Berbeda dari burnout, depresi tidak selalu membaik dengan libur atau istirahat saja. Kondisi ini biasanya memerlukan penanganan serius seperti psikoterapi, konseling, atau bahkan pengobatan medis.

 

Mana yang Lebih Berbahaya?

Keduanya sama-sama harus diperhatikan. Namun, karena depresi berhubungan dengan kondisi mental yang dalam dan bisa berdampak pada pikiran untuk menyakiti diri sendiri, maka depresi jelas lebih serius.

Yang perlu digarisbawahi: burnout yang tidak ditangani bisa berkembang menjadi depresi. Awalnya mungkin hanya stres karena kerjaan, tapi jika terus-menerus ditekan, merasa tidak dihargai, dan kehilangan arah, perasaan lelah itu bisa berubah jadi perasaan tidak berarti—dan dari sana, depresi bisa mulai muncul tanpa disadari.

 

Bagaimana Cara Membedakannya?

Perbedaan paling mudah terlihat dari ruang lingkup dampaknya. Burnout biasanya berkaitan dengan satu aspek hidup: pekerjaan atau tanggung jawab tertentu. Saat libur atau keluar dari situasi itu, kamu bisa merasa lebih baik.

Sementara depresi memengaruhi hampir semua aspek kehidupan. Bahkan saat kamu tidak sedang bekerja, kamu tetap merasa hampa. Hal-hal yang dulu bikin kamu senang seperti ngobrol dengan teman, makan makanan favorit, atau nonton film kesukaan semuanya jadi terasa hambar.

Contohnya begini:

  • Kalau kamu burnout, kamu mungkin bilang, “Aku benci pekerjaanku,” tapi masih bisa tertawa saat nongkrong bareng teman.
  • Kalau kamu depresi, kamu mungkin bilang, “Aku benci hidupku,” bahkan saat tidak sedang bekerja.

 

Kenali Diri, Jangan Ragu Cari Bantuan

Mengalami burnout atau depresi bukan berarti kamu lemah. Keduanya adalah tanda bahwa tubuh dan pikiranmu sedang memberi sinyal: “Aku butuh jeda.” Mengenali gejala sejak awal adalah langkah penting agar kondisi tidak semakin memburuk.

Kalau kamu merasa burnout, cobalah ambil waktu istirahat, batasi beban kerja, dan perbaiki rutinitas hidup. Tapi jika gejalanya semakin berat, menyentuh aspek emosional dan personal, atau tak kunjung membaik meski sudah istirahat, jangan ragu untuk bicara dengan psikolog.

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Kamu nggak perlu menunggu sampai benar-benar ‘jatuh’ untuk minta tolong.

Karena kamu bukan robot yang hanya diukur dari produktivitas. Kamu manusia yang berhak merasa tenang, utuh, dan dipahami.