Suka Marah-Marah Terus? Ini Efeknya Bagi Tubuh dan Psikologis
- freepik.com
Olret – Marah adalah emosi manusiawi. Setiap orang pasti pernah mengalaminya, baik karena tekanan pekerjaan, konflik rumah tangga, hingga hal-hal kecil yang mengganggu rutinitas. Tapi jika marah sudah jadi kebiasaan mudah tersulut, emosi berlebihan, bahkan sering meledak tanpa alasan yang jelas, itu bisa jadi sinyal bahaya.
Marah berlebihan bukan hanya mengganggu relasi sosial, tapi juga membawa dampak serius bagi tubuh dan kesehatan mental. Sejumlah penelitian ilmiah membuktikan bahwa ledakan emosi yang terus-menerus bisa memicu kerusakan sistem saraf, kardiovaskular, hingga daya tahan tubuh. Simak penjabaran dampaknya berikut ini.
1. Menyebabkan Gangguan Jantung
Setiap kali marah, tubuh langsung merespons dengan meningkatkan denyut jantung, melebarkan pembuluh darah, dan melepaskan hormon stres seperti adrenalin dan kortisol. Kondisi ini membuat jantung bekerja lebih keras.
Menurut studi yang dipublikasikan di European Heart Journal tahun 2014, seseorang yang mengalami ledakan amarah memiliki risiko dua kali lipat terkena serangan jantung dalam dua jam setelah kemarahan terjadi. Jika hal ini terus berulang, risiko hipertensi, stroke, dan penyakit jantung koroner akan meningkat.
2. Merusak Fungsi Otak dan Kognisi
Marah berlebihan menyebabkan bagian otak yang disebut amigdala (pengatur emosi) menjadi dominan. Ketika amigdala aktif terus-menerus, bagian otak lain seperti prefrontal cortex yang bertugas untuk berpikir logis dan mengambil keputusan jadi terhambat fungsinya.
Akibatnya, seseorang cenderung impulsif, sulit berpikir jernih, dan mudah membuat keputusan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Dalam jangka panjang, ini bisa merusak stabilitas mental.
Studi dari Harvard Medical School menyebutkan bahwa emosi negatif yang berulang dapat mengubah struktur otak, membuat seseorang jadi lebih mudah marah dan sulit mengontrol emosi.
3. Menurunkan Imunitas Tubuh
Hormon kortisol yang meningkat saat marah berfungsi untuk membantu tubuh menghadapi stres jangka pendek. Tapi ketika kadarnya terus tinggi akibat sering marah, sistem imun akan terganggu.
Riset dari Carnegie Mellon University menunjukkan bahwa orang yang mengalami stres emosional berkepanjangan memiliki respons imun lebih lemah terhadap infeksi virus dan bakteri. Akibatnya, tubuh jadi mudah sakit, lebih lambat pulih dari luka, dan rentan terhadap peradangan kronis.