Bak Pahlawan Kesiangan, Solusi Damai Dosen UIN Malang Berakhir Fatal: Uang Rp 9 Juta dan Sebidang Tanah Jadi Bumerang
- Youtube
Olret – Setelah konflik parkir menguras kesabaran, dr. Imam Muslimin (Yai Mim) mengambil langkah yang seharusnya menjadi jalan keluar.
Namun, alih-alih meredakan tensi, inisiatif damai ini justru menjadi bumerang yang memperparah sengketa dengan tetangganya, pemilik usaha rental mobil, Pak Sofyan.
Yai Mim mengajukan solusi yang terlihat win-win: menciptakan lahan parkir baru agar mobil rental tak lagi memblokir akses rumahnya.
Investasi Damai di Atas Tanah Wakaf
Pemicu Panas Konflik Dosen UIN Malang dan Tetangga
- Youtube
Dengan niat untuk mengakhiri perselisihan, Yai Mim mengeluarkan kocek pribadi yang tak sedikit. Ia berinisiatif membersihkan tiga kapling tanah kosong di sekitar area konflik—sebagian di antaranya adalah tanah wakaf dan milik pribadi.
Pekerjaan membersihkan semak belukar dan memagar lahan itu menelan biaya mencapai Rp 9 Juta. Tujuannya mulia: menyediakan lahan parkir yang luas dan layak bagi Pak Sofyan sehingga mobil-mobil rental ratusannya tidak lagi parkir di jalanan umum, apalagi di depan pintu rumah Yai Mim.
"Alhamdulillah sampean sudah punya parkir seluas ini," kata Yai Mim, menawarkan hasil kerja kerasnya itu kepada tetangga.
Penolakan Telak: Iuran Rp 1 Juta Dianggap 'Kemahalan'
Dramatisasi Dosen UIN Malang Vs Tetangga
- Youtube
Namun, niat baik Yai Mim direspons dengan penolakan yang dingin dan telak.
Sebagai bentuk apresiasi dan iuran ringan untuk menutupi sebagian biaya pembersihan (yang mencapai Rp 9 juta), Yai Mim meminta Pak Sofyan berkontribusi Rp 1 Juta.
"Tolong Pak, bantu ya Rp 1 juta saja," pinta Yai Mim.
Jawaban yang diterima Yai Mim sungguh mengejutkan. Pak Sofyan menolak, menganggap nominal itu terlalu mahal. "Aduh, kemahalan ya? Kalau sama saya paling Rp 500.000 aja," kata tetangga itu dengan logat Madura yang terekam jelas dalam ingatan Yai Mim.
Bantuan finansial yang kecil itu ditolak, dan lahan yang disediakan Yai Mim pun tidak membuat masalah mereda. Perasaan tulus untuk membantu dan mencari kedamaian itu justru tercederai.
Inisiatif membersihkan tanah yang memakan biaya besar kini menjadi sumber friksi baru, mengubah Yai Mim dari pembawa solusi menjadi pihak yang dituduh mencari keuntungan, membuka jalan bagi konflik yang lebih besar.