Dari Layar Kaca ke Ruang Konseling: Pukulan Terberat Intan Erlita yang Mengubah Total Fokus Hidupnya

Pukulan Terberat Intan Erlita
Sumber :
  • Youtube

Olret – Siapa yang tak kenal dengan Intan Erlita? Bertahun-tahun namanya identik dengan gemerlap dunia infotainment dan liputan olahraga, menghiasi layar kaca sebagai presenter yang energik.

Apa Itu Door Slam dalam Psikologi? Ini Alasan Seseorang Melakukannya

Namun, di balik citra publik yang sempurna, ia ternyata menyimpan sebuah rahasia besar: gelar Master Psikologi yang diam-diam terus diasah.

Kisah hidup Intan Erlita adalah pengingat tajam bahwa kesuksesan karir seringkali tak sejalan dengan ketenangan di rumah. Puncaknya, sebuah "pukulan" keras di kehidupan pribadinya memaksa ia meninggalkan gemerlap panggung dan kini dikenal sebagai psikolog yang vokal dalam isu parenting dan kesehatan mental dari sudut pandang Islam.

FIKGURA 2025 Meriah! Guru RA Ciamis Gelar Turnamen Voli Perdana, Ini Daftar Pemenangnya

Awal Mula Dualisme Karier

Intan Erlita mengungkapkan bahwa ia sudah memiliki gelar psikolog sejak awal 2000-an, namun sengaja tidak ia tonjolkan. Berkat dorongan tegas sang ayah yang menuntutnya menyelesaikan pendidikan tinggi, ia terus berpraktik sebagai psikolog bahkan saat tengah sibuk menjadi presenter.

Pernah Berzina, Apakah Calon Suami Harus Mengetahuinya?

Namun, fokus karirnya mulai goyah saat sang putra sulung menginjak bangku SMA. Secara profesional, ia adalah coach komunikasi terkemuka yang melatih perusahaan-perusahaan besar. Namun, di rumah, ia gagal.

"Aku coach di dunia komunikasi, belajar ilmu komunikasi sampai ke UK. Tapi, aku enggak bisa ngomong sama anakku," ujarnya pilu.

Anak sulungnya menjadi dingin dan berjarak, membuatnya menyadari bahwa semua gelar dan kesuksesan luar biasa tidak berarti apa-apa saat ia gagal dalam peran utamanya: menjadi seorang ibu.

Titik Balik Spiritual: "Anakmu Adalah Hasil Pola Asuhmu"

Momen terberat itu membawanya pada seorang guru agama (Ustaz) untuk mencari solusi komunikasi dengan sang anak. Tak disangka, jawaban yang ia terima sungguh menampar.

Bukannya diberi tips berkomunikasi, sang guru justru menembak balik: "Anakmu itu ya hasil pola asuhmu. Maka nikmati ketika anakmu tidak merasa dekat dengan kamu, karena kamu bukan orang yang nyaman. Kamu yang harus tobat, karena kamu yang merusak anak kamu."

Pernyataan ini melumpuhkan semua teori psikologi yang pernah ia pelajari. Ia menyadari bahwa ia telah merusak fondasi hubungan dengan anaknya sendiri.

Halaman Selanjutnya
img_title