Menguak Luka Batin: Mengapa Trauma Masa Kecil dari Orang Tua Sulit Disembuhkan?

Menguak Luka Batin
Sumber :
  • Youtube

Olret – Trauma masa kecil akibat pola asuh orang tua seringkali dianggap remeh, namun dampaknya bisa menghancurkan hingga masa dewasa.

Cerita Uya Kuya Dapat Bantuan Yusuf Hamka Saat Kasus Penjarahan

Dalam episode ke-16 SUARA BERKELAS, seorang hipnoterapis, Dokter Yuli, membuka mata tentang realitas pahit ini: luka batin yang tidak diselesaikan dapat berujung pada depresi, krisis identitas, bahkan upaya bunuh diri, terlepas dari seberapa suksesnya seseorang secara finansial.

Akar Masalah: Bukan Soal Kekayaan, Tapi Luka Lama

Menikah Dulu atau Bantu Orang Tua? Ini Jawaban Ustadz Adi Hidayat

Dokter Yuli menyoroti sebuah fakta mengejutkan: kebahagiaan sejati tidak diukur oleh harta. Banyak orang kaya raya dan sukses yang berakhir bunuh diri karena adanya dorongan kuat dari trauma masa lalu (inner child yang terluka) yang masih mengganjal.

Kasus Klasik

Doa Pelancar Rezeki dan Solusi Masalah: Amalan Singkat dengan Tiga Manfaat Luar Biasa!

Dr. Yuli menceritakan seorang bapak sukses yang hampir bunuh diri karena dipicu oleh kemarahan kecil. Akar masalahnya ternyata adalah trauma kekerasan fisik dan verbal yang ia terima dari ayahnya saat kecil—luka yang ia bawa hingga menjadi seorang ayah.

Siklus Trauma

Ironisnya, orang tua seringkali tidak bermaksud jahat. Mereka cenderung meniru pola asuh yang keras atau menyakitkan karena itulah satu-satunya cara mendidik yang mereka ketahui, yang juga mereka dapatkan dari orang tua mereka. Ini menciptakan siklus trauma yang terus berlanjut.

Bagi banyak pasien, khususnya kaum milenial, Dokter Yuli menemukan bahwa masalah dengan orang tua adalah penyebab utama dari kecenderungan bunuh diri. Luka batin ini merampas rasa percaya diri, menimbulkan ketakutan akan kegagalan, dan menghilangkan semangat untuk melanjutkan hidup.

Jurus Jitu Melawan Luka Batin: Metode STAMINA

Lantas, bagaimana cara melepaskan beban bertahun-tahun ini? Dr. Yuli menawarkan metode sederhana yang bisa dilakukan secara mandiri, yang ia sebut STAMINA:

  1. S (Sadari): Sadari dan pahami trauma apa yang ada di diri Anda dan mengapa hal itu terjadi.

  2. T (Tuliskan): Tuliskan semua pengalaman trauma Anda, lalu robek atau bakar tulisan itu sebagai simbol melepaskan.

  3. A (Ampuni): Ampuni mereka yang pernah menyakiti dan menimbulkan trauma, termasuk orang tua Anda.

  4. M (Meditasi): Lakukan meditasi untuk meningkatkan kesadaran, menenangkan diri, dan menyadari bahwa Anda hidup di masa kini.

  5. I (Ingat): Ingat momen-momen bahagia dalam hidup Anda, karena Anda tidak sepenuhnya dipenuhi trauma.

  6. N (Nikmati): Nikmati momen bahagia itu. Peluk diri sendiri dan katakan, "Saya baik-baik saja."

  7. A (Ajaklah): Jika trauma terasa terlalu berat, ajaklah diri Anda menemui tenaga profesional (psikolog atau hipnoterapis) untuk mendapatkan bantuan.

Halaman Selanjutnya
img_title