Pandangan Gen Z tentang Hustle Culture: Antara Ambisi dan Kesehatan Mental
- Pexels/Edward Eyer
Olret – Pernah dengar istilah hustle culture? Budaya ini sempat menjadi tren di beberapa generasi sebelum gen Z, terutama boomers dan millennial yang merasa hidup harus terus produktif. Mereka mungkin beranggapan bahwa hustle culture itu keren dan merupakan ciri-ciri kesuksesan.
Apa Itu Hustle Culture?
Hustle culture sendiri merupakan budaya bekerja keras tanpa henti dan sering kali tidak ada keseimbangan antara kehidupan pribadi dan kehidupan kerja.
Namun, di era gen Z, pandangan mengenai hustle culture ini perlahan mengalami pergeseran. Generasi Z tak lagi memandang bahwa kerja keras tanpa henti adalah satu-satunya cara mendapatkan kebahagiaan. Generasi Z mulai menyadari bahwa untuk bahagia diperlukan keseimbangan antara karir, kesehatan mental dan kehidupan pribadi.
Pandangan Gen Z terhadap Hustle Culture
- Bagi gen Z, sukses tidak harus berarti kerja keras hingga burn out. Mereka cenderung percaya pada konsep kerja cerdas (smart work) dibanding sekadar kerja keras (hard work). Generasi ini menilai bahwa kualitas hidup dan kesehatan mental sama pentingnya dengan pencapaian karir. Bagi mereka, work-life balance bukan sekadar jargon, tetapi kebutuhan. Gen Z ingin produktif, namun tetap punya waktu untuk keluarga, teman, hobi, dan istirahat.
- Alih-alih terus bekerja melebihi batas, Gen Z menerapkan quiet quitting (menjalankan tugas sesuai tanggung jawab tanpa menambah jam lembur berlebihan). Hal ini bertujuan untuk menjaga kesehatan mental dan emosional agar lebih stabil.
- Gen Z prioritaskan stabilitas dan kesejahteraan. Tak seperti generasi sebelumnya yang mengejar posisi tinggi, Gen Z lebih realistis. Mereka menginginkan pekerjaan yang aman, penghasilan adil, dan dukungan terhadap kesejahteraan mental mereka.
Hustle culture mungkin pernah jadi simbol kesuksesan, dedikasi dan kerja keras. Namun, bagi Gen Z, hidup bukan hanya soal kerja tanpa henti.
Mereka lebih memilih jalan yang lebih seimbang antara bekerja dengan cerdas, menjaga kesehatan mental, dan tetap menikmati hidup dengan aman dan damai.
Seiring berjalannya waktu, kehidupan serta budaya kerja akan terus berkembang. Dan, mungkin saja konsep “bekerja untuk hidup” akan lebih dominan dibanding “hidup untuk bekerja”.