7 Cara Mengenali Rekan Kerja yang Alami Burnout

Cara Mudah Menghindari Burnout di Tempat Kerja
Sumber :
  • freepik.com

Olret – Di dunia kerja yang serba cepat, target tinggi, dan komunikasi 24/7, burnout bukan lagi hal yang langka. Bahkan menurut data WHO, burnout kini dikategorikan sebagai fenomena akibat stres kronis di tempat kerja yang belum ditangani dengan baik. Tapi sayangnya, tidak semua orang yang mengalami burnout akan secara terang-terangan mengakuinya.

Tips Menghadapi Atasan yang Usianya Lebih Muda Tanpa Drama dan Tetap Profesional

Sebagai rekan kerja, kamu bisa berperan penting untuk mengenali tanda-tandanya. Bukan untuk ikut campur, tapi sebagai bentuk empati dan kepedulian karena burnout yang dibiarkan bisa berujung pada masalah kesehatan mental yang lebih serius.

Berikut 7 cara mengenali rekan kerja yang mungkin sedang mengalami burnout:

1. Ia jadi mudah lelah, bahkan untuk hal-hal kecil

5 Hal yang Tidak Boleh Kamu Ucapkan Saat Berhenti Kerja

Biasanya aktif dan penuh semangat, sekarang baru setengah hari kerja saja sudah terlihat kelelahan. Bahkan pekerjaan ringan seperti membalas email atau ikut meeting virtual bisa membuatnya tampak lesu. Ini bisa jadi sinyal bahwa tubuh dan pikirannya sudah terlalu jenuh.

Burnout membuat seseorang kehilangan energi secara mental dan fisik. Jadi jangan heran kalau rekan kerja yang biasanya produktif, tiba-tiba jadi tampak 'kosong' dan lamban merespons.

2. Sering terlihat tidak fokus dan melakukan kesalahan kecil

Tips Mudah Fokus Saat Mengerjakan Sesuatu, Bye-bye Distraksi!

Seseorang yang burnout biasanya kesulitan untuk konsentrasi. Kamu mungkin mulai memperhatikan mereka sering lupa hal-hal sederhana, salah ketik dokumen penting, atau melakukan kesalahan yang sebelumnya jarang terjadi.

Bukan karena malas atau tidak kompeten, tapi karena otaknya sedang kelelahan akibat tekanan yang terus-menerus. Saat fokus menurun, otomatis performa kerja ikut terdampak.

3. Menarik diri dari pergaulan kantor

Kalau biasanya suka ngobrol santai saat makan siang atau ikut nimbrung dalam diskusi ringan, tapi sekarang memilih diam atau menghindar, bisa jadi itu tanda adanya kelelahan emosional.

Salah satu bentuk burnout adalah merasa terisolasi, bahkan saat sedang dikelilingi orang lain. Ia mungkin mulai jarang ikut ngopi bareng, jarang membalas chat grup kantor, atau tampak enggan terlibat dalam kegiatan tim.

4. Selalu terlihat terburu-buru atau gelisah

Ada juga tipe orang yang saat burnout justru tampak hiperaktif: selalu sibuk, tampak stres, dan bergegas tanpa arah yang jelas. Ia bisa saja bekerja terus-menerus tanpa istirahat, tapi bukan karena semangat tinggi melainkan karena sedang panik secara mental.

Kalau kamu lihat rekanmu seperti ini, jangan langsung kagum dengan ‘kerja kerasnya’. Bisa jadi, ia sedang berada di titik lelah yang ekstrem tapi merasa tidak bisa berhenti.

5. Mulai sinis terhadap pekerjaan atau lingkungan kantor

Burnout juga bisa muncul dalam bentuk sikap negatif. Orang yang dulunya suportif dan optimis, tiba-tiba jadi sering mengeluh, menyindir, atau mengomentari hal-hal kecil dengan nada sinis.

Misalnya, yang dulu semangat ikut rapat tim sekarang bilang, “Ngapain sih, ujung-ujungnya juga nggak dipakai.” Atau yang tadinya bangga dengan pekerjaannya sekarang malah bicara seperti sudah putus asa.

6. Perubahan pola tidur atau penampilan

Meskipun ini tidak selalu bisa terlihat jelas, rekan kerja yang burnout kadang menunjukkan perubahan fisik. Wajahnya terlihat kurang tidur, mata sembap, berat badan turun drastis, atau sebaliknya jadi mudah lelah dan mengantuk di jam kerja.

Jika kamu cukup dekat dengannya, mungkin kamu juga akan mendengar keluhan seperti “Tidurku nggak nyenyak seminggu ini,” atau “Bangun tidur kayak belum istirahat sama sekali.”

7. Sering bilang “aku capek”, lebih dari satu kali

Kadang sinyal paling jelas sudah ada di depan mata. Seseorang yang burnout bisa saja memberi petunjuk langsung lewat kata-kata seperti:

 “Aku capek banget akhir-akhir ini,”

 “Rasanya kayak nggak punya tenaga,” atau

 “Gue ngerasa kosong aja, gitu.”

Kalimat-kalimat ini sering terdengar seperti curhat biasa, tapi kalau sudah diucapkan berulang kali, jangan dianggap sepele. Mungkin itu satu-satunya cara dia minta pertolongan secara halus.

 

Apa yang Bisa Kamu Lakukan?

Nggak perlu langsung menasihati atau jadi “motivator dadakan.” Yang terpenting, dengarkan dan beri ruang. Tanyakan, “Kamu oke?” atau “Mau cerita sesuatu?” dengan nada tulus. Kadang kehadiran teman yang peduli saja sudah cukup berarti.

Dan jika kamu merasa gejala-gejala di atas juga terjadi pada dirimu, jangan abaikan. Ambil waktu untuk rehat, bicaralah dengan HRD atau cari bantuan profesional. Burnout bukan tanda kamu lemah justru mengakui dan menangani burnout adalah bentuk keberanian dan self-care yang penting.

Karena pada akhirnya, kerja keras memang penting. Tapi menjaga kesehatan mental jauh lebih berharga.