Jakarta Keras : Kisah Horor Pesugihan, Penglarisan, dan Jati Diri Seorang Pengamen

Kisah Horor Pesugihan
Sumber :
  • Youtube

Olret – Tahun 2012, Mbak Jeje menginjakkan kaki di Jakarta, modalnya hanya Rp300 ribu sisa utang dan ongkos. Ia datang dengan tekad sederhana, mencari hidup baru. Namun, Jakarta, sang ibu kota yang kejam, tak menyambutnya dengan karpet merah.

7 Manfaat Digital Detox untuk Otak dan Fokus

Dari Juru Parkir Gelap ke Pelayan yang Dihantui

Langkah awal Jeje adalah mencari pekerjaan, tapi yang ia temui di kawasan Senen justru tawaran dari preman bertato untuk mencopet. Ketakutan bercampur lapar membuatnya terpaksa mencoba, menghasilkan Rp300 ribu, tapi hanya sekali.

Tidak Akan Masuk ke Dalam Neraka Seorang yang Menangis Karena Takut Kepada Allah

"Takut ketahuan, takut digebukin. Rasanya enggak sebanding," kenangnya, memilih mundur dari jalan gelap itu.

Pekerjaan resmi berikutnya di sebuah restoran besar Kelapa Gading justru membawanya ke pengalaman mistis yang mencekam. Enam bulan menjadi pencuci piring malam, Jeje nyaris setiap hari diganggu sosok perempuan bergaun putih mirip kuntilanak.

Saat Stres Kerja Setara 15 Batang Rokok Sehari dan Cara Sembuh Tanpa Resign

Manajer restoran akhirnya mengaku: tempat itu dijaga makhluk gaib sebagai bagian dari pesugihan penglarisan. Khawatir dirinya menjadi tumbal berikutnya, Jeje memilih angkat kaki.

Lingkaran Gelap Penonton Bayaran dan Energi Negatif

Tak lama, ia terjebak dalam lingkaran penonton bayaran televisi. Bayaran yang diterima hanya Rp20 ribu per acara, jauh di bawah upah agensi yang mencapai Rp100 ribu per kepala. Yang lebih mengerikan, banyak temannya meninggal mendadak. Jeje mulai curiga ada kaitan dengan praktik gaib yang menyelimuti agensi.

"Setiap kali bos besarnya datang, kepala saya pusing. Rasanya ada energi gelap yang kuat sekali."

Kecurigaannya memuncak saat seorang teman meninggal dan muncul dalam mimpinya untuk meminta maaf. Ini menjadi titik balik Jeje untuk keluar, demi menyelamatkan diri dari pusaran energi gelap itu.

Jati Diri di Balik Riasan Pengamen Serpong

Tahun 2019, Mbak Jeje menemukan jalannya: menjadi pengamen keliling di Serpong. Bersama komunitasnya, ia berdandan, menghias wajah, dan menyanyi dari warung ke warung. Hidup di jalanan penuh hinaan dan pengusiran, bahkan pernah disiram air.

Namun, di sini pula ia menemukan kemerdekaan dan rezeki tak terduga. Ia pernah membawa pulang hingga Rp15 juta dalam sehari, berkat "ritual kecil" seperti mandi bunga dan doa-doa khusus.

"Yang biasanya orang enggak ngasih, tiba-tiba ngasih 50 ribu, 100 ribu," ujarnya.

Bukti Nyata Pesugihan di Balik Bisnis Makanan

Dunia ngamen pun tak luput dari penglihatan mistisnya. Jeje mengaku sering melihat makhluk gaib di beberapa restoran.

  • Kuntilanak meludahi kuah masakan.
  • Sosok berambut panjang menggigit jarinya sendiri di pojok dapur.
  • Pocong berdiri kaku di dekat tungku.

Baginya, ini adalah bukti bahwa praktik pesugihan dan penglarisan memang nyata ada di balik bisnis makanan ibu kota. “Enggak semua, tapi banyak yang nakal,” katanya.

Damai di Tengah Kerasnya Ibu Kota

Yang paling penting, menjadi pengamen adalah panggung bagi Mbak Jeje untuk menemukan jati dirinya. Lahir sebagai laki-laki, di Jakarta ia berani tampil sebagai perempuan.

"Saya enggak mau kerja di restoran lagi... Kalau ngamen, saya bebas. Enggak ada bos, enggak merugikan orang. Saya hanya menghibur.”

Kini, hidupnya lebih damai. Ia telah berdamai dengan masa lalu, keluarga, dan bahkan dengan makhluk gaib yang sesekali masih menampakkan diri.

Bagi Mbak Jeje, Jakarta adalah guru besar yang mengajarkan arti perjuangan, bahwa di balik gemerlapnya ibu kota, ada dunia kelam pesugihan, ada jeritan orang-orang kecil, dan ada pengorbanan mereka yang hidupnya tak pernah masuk berita.

Saksikan kisah lengkapnya di kanal Youtube Malam Mencekam. Apakah Anda tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang kisah-kisah mistis di balik kerasnya kehidupan Jakarta?