Panas! Konflik Lahan Parkir Berubah Jadi Drama Pelecehan Seksual: Yai Mim dan Sahara Saling Lapor Polisi
- Youtube
Olret – Hubungan antara Yai Mim dan tetangganya, Sahara, kini ibarat air dan minyak yang tak bisa lagi disatukan.
Konflik yang awalnya dipicu oleh masalah lahan parkir di depan rumah kini meluas menjadi drama hukum yang lebih serius: dugaan pelecehan seksual.
Dari Parkiran ke Tuduhan Intim
Perselisihan bermula dari lahan parkir yang diklaim Yai Mim sebagai tanah wakaf yang seharusnya digunakan sebagai jalan umum. Yai Mim bersikeras bahwa tanah tersebut tidak boleh dipakai untuk parkir secara permanen.
Namun, konflik lantas bergeser drastis. Sahara muncul ke publik dengan tuduhan bahwa ia sering mendapatkan perlakuan dan gurauan yang mengarah ke ranah intim dari Yai Mim. Menurut Sahara, gurauan tersebut membuat dirinya merasa dilecehkan
Di sisi lain, Yai Mim membantah keras tuduhan tersebut. Ia mengklaim bahwa ia hanya mengingatkan Sahara soal cara berpakaiannya yang dianggap kurang pantas—menggunakan istilah agama kasiatun ariatun (berbaju tapi telanjang bulat/baju ketat)—bukan melakukan pelecehan. Ia menyebut tuduhan Sahara sebagai fitnah semata.
Pasal Berlapis Menanti
Karena tuduhan tersebut, Yai Mim melalui kuasa hukumnya telah menutup pintu damai dan menyiapkan pasal berlapis untuk menjerat Sahara. Laporan balik Yai Mim meliputi:
Pencemaran Nama Baik dan Ujaran Kebencian (melalui UU ITE).
Pengancaman dan Ancaman Pembunuhan (Pasal 335 dan 336 KUHP).
Pasal lain termasuk Memasuki Pekarangan Tanpa Izin.
Pakar hukum menyebutkan bahwa kasus ini kini akan berjalan beriringan: satu soal pencemaran nama baik, satu soal pelecehan seksual.
Hasilnya akan sangat bergantung pada bukti yang paling kuat, seperti rekaman atau bukti fisik yang dapat membuktikan terjadinya pelecehan, atau sebaliknya, membuktikan bahwa tuduhan tersebut adalah fitnah.
Dampak Sosial: Penolakan Warga
Konflik ini juga memicu reaksi keras dari masyarakat setempat. Isu dugaan pelecehan seksual yang disuarakan Sahara membuat warga di sekitar rumah Yai Mim merasa resah dan menolak kehadirannya sebagai warga baru.
Meskipun pihak RT mengklarifikasi bahwa tidak ada "pengusiran," namun penolakan tersebut—yang dipicu oleh anggapan Yai Mim sering menimbulkan keresahan dan adanya tuduhan pelecehan—membuat Yai Mim berjanji untuk menjual rumahnya dan meninggalkan lokasi tersebut.
