Hati-hati, Lisanmu Adalah Perekam Tak Terlihat

Bergosip
Sumber :
  • freepik.com

Olret – Di era serba digital ini, setiap hari kita dibanjiri jutaan kata, baik dari media sosial, berita, atau percakapan sehari-hari.

5 Pengganti Nikotin Alami yang Aman dan Efektif

Mulut kita seolah tak pernah lelah berbicara, berkomentar, dan bergosip. Tapi, pernahkah kita berhenti sejenak untuk merenung: "Apakah semua yang kita ucapkan itu benar-benar penting?"

Video ceramah Ustadz Khalid Basalamah yang berjudul "Hati-hati Banyak Bicara" membuka mata kita tentang bahaya dari kebiasaan yang sering kita anggap remeh ini. Lebih dari sekadar nasihat biasa, beliau membawa kita memahami bahwa setiap kata yang keluar dari lisan kita memiliki pertanggungjawaban di sisi Allah SWT.

"Hati Saya Sudah Kosong, Tapi Saya Ikhlas": Pesan Mengharukan Melda Setelah Ditinggalkan Suami PPPK

Dua Malaikat yang Tak Pernah Lelah Mencatat

Bayangkan, setiap ucapan yang kita lontarkan, entah itu di dunia nyata maupun di media sosial, sedang dicatat oleh dua malaikat. Ini bukan sekadar kiasan. Ustadz Khalid Basalamah mengingatkan kita pada Surah Al-Infitar, ayat 10-12, yang menjelaskan keberadaan malaikat yang mengawasi dan mencatat seluruh perbuatan kita. Termasuk kata-kata kita.

"Anak Saya Manusia Bukan Kepiting!" : Air Mata Ibu Badru Tumpah, Pelaku Bullying "Kepiting Alaska" Bertemu Langsung

Di hadapan catatan abadi ini, tidak ada yang bisa disembunyikan. Ucapan yang kita anggap remeh bisa jadi berubah menjadi bukti yang memberatkan kita kelak. Lantas, apakah kita masih berani mengisi catatan itu dengan ucapan sia-sia, gosip, atau bahkan fitnah?

Hadits yang Menyingkap Tiga Sifat Pembicara yang Dibenci

Dari hadits Mughirah bin Syu'bah, kita belajar bahwa ada tiga hal yang dibenci oleh Allah, salah satunya adalah kebiasaan "katanya, katanya" atau gosip.

Namun, Ustadz Khalid Basalamah memberikan penjabaran yang lebih dalam dari hadits Tirmidzi tentang tiga tipe orang yang dibenci dan akan jauh dari Rasulullah pada Hari Kiamat. Ini adalah cerminan dari bahaya lisan yang melampaui batas:

1. Ats-tsartsarun

Mereka yang terlalu banyak bicara, terutama dalam hal-hal yang tidak bermanfaat atau bertentangan dengan kebenaran. Obrolan tanpa tujuan yang menghabiskan waktu dan berpotensi memicu kesalahan.

2. Al-mutasyaddiqun

Orang-orang yang berbicara dengan mulut penuh seolah ingin memamerkan kefasihan atau kecerdasan mereka. Ini adalah bentuk kesombongan lisan, di mana tujuan utamanya bukan untuk menyampaikan kebenaran, melainkan untuk menunjukkan diri.

3. Al-mutafaihiqun

Mereka yang berbicara dengan membuka mulut sangat lebar untuk menunjukkan keahliannya. Sifat ini juga merupakan turunan dari kesombongan, di mana seseorang merasa lebih unggul dari orang lain hanya dari cara bicaranya.

Ketiga sifat ini memiliki akar yang sama: keinginan untuk menonjolkan diri melalui lisan alih-alih menggunakannya untuk kebaikan.

Bahaya yang Lahir dari Lisan Tak Terkendali

Terlalu banyak bicara bukan hanya membuat kita tampak tidak berwibawa, tetapi juga membuka pintu bagi dosa-dosa yang lebih besar:

  • Sombong: Seperti yang disebutkan dalam Surah Al-Baqarah, ucapan yang angkuh dan meremehkan orang lain adalah dosa besar.

  • Berbohong: Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan bahwa banyak berbicara seringkali berujung pada kebohongan, disengaja atau tidak. Lisan yang terbiasa mengucapkan hal tak berguna akan mudah tergelincir ke dalam dusta.

  • Mencaci dan Mengutuk: Seorang mukmin sejati tidak mencaci, apalagi menggunakan kata-kata kotor. Lisan yang dijaga adalah cerminan dari hati yang bersih.

Renungan untuk Lisan yang Lebih Berharga

Pada akhirnya, video ini mengajak kita untuk merenung: Apakah lisan kita digunakan untuk menyebarkan kebaikan atau malah memperbanyak catatan dosa?

Mari kita lebih bijaksana dalam memilih kata-kata. Jadikan lisan kita sebagai jembatan untuk menyampaikan ilmu, kebenaran, dan motivasi, bukan sebagai alat untuk menyebarkan gosip atau kesombongan. Karena sejatinya, kata-kata yang paling berharga bukanlah yang paling banyak, tetapi yang paling bermanfaat.