Mengapa Allah Membenci Orang yang Menguap Hingga Setan Tertawa? Begini Penjelasannya!
- google image
Menguap, yang seringkali membuat penampilan seseorang menjadi kurang elok dengan mulut terbuka lebar, adalah salah satu dari keadaan tersebut. Perintah untuk menahan dan menutup mulut saat menguap, menurut beliau, adalah sebuah adab untuk menutupi "penampilan yang tidak disukai" tersebut.
Tawa setan, dalam pandangan Ibn al-Arabi, adalah ekspresi kegembiraannya melihat wujud manusia yang lalai dan juga karena berhasil membuatnya malas.
Adab Ketika Menguap dan Perilaku Lain yang Disukai Setan
Berdasarkan hadis di atas, ada beberapa adab yang dianjurkan ketika seseorang tidak dapat menahan kuapannya:
Menahan semampunya: Berusaha sekuat tenaga untuk tidak menguap.
Menutup mulut: Jika tidak tertahankan, maka tutuplah mulut dengan tangan (dianjurkan tangan kiri) atau dengan ujung kain.
Tidak mengeluarkan suara: Menghindari keluarnya suara "ha" atau suara lainnya yang dapat menjadi bahan tertawaan setan.
Makan dan minum tanpa membaca basmalah: Sebuah hadis riwayat Muslim dan Ahmad menyatakan bahwa setan akan ikut serta dalam hidangan yang tidak diawali dengan penyebutan nama Allah.
Melepas pakaian tanpa membaca basmalah: Rasulullah SAW bersabda bahwa ucapan "Bismillah" saat melepas pakaian akan menjadi tabir yang menghalangi pandangan jin dari aurat manusia. (HR. Ibnu Adi dan ath-Thabrani)
Apakah Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam Pernah Menguap?
Sebuah pertanyaan menarik yang sering muncul adalah apakah Nabi Muhammad SAW, sebagai teladan terbaik, pernah menguap. Sejumlah ulama, termasuk Imam Al-Khattabi dan Ibnu Hajar Al-Asqalani, menyebutkan dalam kitab-kitab mereka bahwa di antara kekhususan para nabi adalah mereka tidak pernah menguap.
Hal ini karena menguap berasal dari setan, dan para nabi ma'shum atau terjaga dari pengaruh setan yang tercela. Yazeed ibn al-Asamm, seorang tabi'in, meriwayatkan, "Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah menguap sama sekali."
Riwayat ini, meskipun tidak mencapai derajat hadis marfu' (yang langsung disandarkan kepada Nabi), diterima oleh para ulama sebagai salah satu keistimewaan kenabian.
Kesimpulannya, hadis mengenai Allah membenci perbuatan menguap dan setan yang tertawa adalah benar adanya dan memiliki landasan yang kuat dalam ajaran Islam.