Memang Ayah Tak Menyusuimu, Tapi Setiap Tetesan Keringatnya Menjadi Air Susu yang Membesarkanmu

Ayah mengurus anaknya
Sumber :
  • freepik.com

Olret – Pembaca yang budiman, sering – kali kita menyangka ayah kita menggambarkan bentuk tegar dan juga pula tidak pernah menangis. bentuk yang tidak pernah bersedih terlebih lagi tidak dapat jadi bersedih. namun apakah benar benar seragam itu?.

Peran Ayah Dalam Perkembangan Kecerdasan Emosional Anak

dapat jadi ibu lebih kerap menelepon buat menanyakan keadaanku masing-masing hari, namun apakah aku tahu, bahwa sebetulnya ayah yang menegaskan ibu buat meneleponku?

Semasa kecil, ibukulah yang lebih sering menggendongku. namun apakah aku tau bahwa ketika ayah berulang bekerja dengan wajah yang letih ayahlah yang tetap menanyakan apa yang aku jalani seharian, meski ia tidak bertanya langsung kepadaku karna saking letihnya mencari nafkah dan juga pula melihatku terlelap dalam tidur nyenyakku.

Pelajaran Berkelas 25 Tahun Karir Andien : "Kamu Harus Mau Menyelam ke Sisi Gelap Kamu Juga"

disaat aku sakit demam, ayah membentakku “sudah diberitahu, jangan minum es! ” kemudian aku merengut menjauhi ayahku dan juga pula menangis didepan ibu.

namun apakah aku tahu bahwa ayahlah yang risau dengan keadaanku, sampai ia hanya mampu menggigit bibir menahan kesakitanku.

Stop Diet Instan! Ini Kunci Realistis Turun Berat Badan dan Meraih Body Goals ala Coach Bima

ketika aku anak muda, aku meminta izin buat keluar malam. ayah dengan tegas berkata “tidak boleh! ”sadarkah aku, bahwa ayahku hanya ingin melindungi aku, ia lebih tahu dunia luar, dibandingkan aku terlebih lagi ibuku?

karna buat ayah, aku menggambarkan sesuatu yang sangat berharga. disaat aku sudah dipercayai olehnya, ayah pula melonggarkan peraturannya.

sampai kadang aku melanggar kepercayaannya. ayahlah yang setia menunggu aku diruang tamu dengan rasa sangat risau, terlebih lagi sampai menyuruh ibu buat mengontak sebagian temannya buat menanyakan keadaanku, ”dimana, dan juga pula lagi apa aku diluar sana. ”

sehabis aku berumur, meski ibu yang mengantar aku ke sekolah buat belajar, namun paham kah aku, bahwa ayahlah yang berkata: ibu, temanilah anakmu, aku berangkat mencari nafkah dulu buat kita bertepatan.

disaat aku merengek memerlukan ini – itu, buat keperluan kuliahku, ayah hanya mengerutkan dahi, tanpa menolak, ia memenuhinya, dan juga pula cuma berpikir, kemana aku harus mencari uang tambahan, sedangkan itu gajiku pas – pasan dan juga pula sudah tidak ada lagi tempat buat meminjam.

Halaman Selanjutnya
img_title