It’s Okay Not to be Okay, Drama Korea Tentang Kesehatan Mental yang Dikemas Secara Apik
Olret – Jika biasanya drama korea mengusung tentang bidang hukum, romance, atau bahkan kedokteran. Kini drama korea berjudul “Its Okay Not To Be Okay” yang dibintangi oleh Seo Ye-Ji dan Kim Soo-Hyun.
Sebenarnya tema besarnya masih berhubungan dengan kedokteran namun berbeda dengan drama kedokteran yang biasanya yaitu menunjukkan proses operasi bedah otak, bedah tubuh, dan lain-lain.
Disini titik fokusnya ada pada kesehatan mental seseorang. Dalam suatu drama ini kita bisa tahu berbagai macam gangguan mental yang dialami oleh beberapa pasien di rumah sakit jiwa.
Inilah yang menjadikan kita lebih paham bagaimana pola pikir dari seseorang yang mengalami gangguan jiwa dan memberikan kita rasa empati terhadap orang yang memiliki gangguan kejiwaan.
Menjelaskan tentang Penyakit Eksibisionis
Pada episode awal, ada suatu adegan drama dari “Its Okay Not To Be Okay” yang menjelaskan tentang seseorang yang mengalami gangguan penyakit eksibisionis. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja. Penyakit ini merupakan gangguan yang dialami seseorang dikarenakan keinginan kuat untuk diamati dan diperhatikan oleh seseorang.
Orang yang memiliki penyakit eksibisionis akan memamerkan alat kelamin atau aktivitas seksual lainnya kepada orang lain tujuannya agar mendapatkan perhatian. Perhatian itulah yang nantinya menjadi kepuasan tersendiri bagi orang-orang penderita eksibisionis.
Beberapa orang yang pernah menjadi korban eksibisionis akan berteriak. Hal itu justru akan membuat penderita eksibisionis malah senang sebab itulah yang mereka para penderita eksibisionis inginkan, yaitu ingin melihat ekspresi takut, malu, marah, kaget, dan lainnya.
Dalam drama “Its Okay Not To Be Okay”, seorang anak laki-laki dari keluarga kaya raya yang ada di daerah tersebut digambarkan memiliki kelainan berupa hal tersebut.
Ia mengalami hal itu dikarenakan keluarganya memperlakukannya dengan berbeda, dan sama sekali mengabaikan dia sebagai anak bungsu dari keluarga tersebut hanya karena ia mengalami hal itu. Akhirnya dia menjadi normal kembali ketika dia berhasil meluapkan emosi dan menyedot perhatian dari khayalak ramai yang saat itu ramai akan mendukung ayahnya menjadi kepala daerah.