Puasa Protein Dikaitkan dengan Kehilangan Otot, Para Ahli Memperingatkan
Oleh karena itu, penting untuk mengonsumsi makanan kaya leusin bersama protein di setiap waktu makan untuk membangun otot dan menjaga vitalitas fisik.
Lansia mengalami sintesis otot yang lebih lambat dibandingkan orang yang lebih muda, bahkan ketika mengonsumsi jumlah protein yang sama. Hal ini mengharuskan asupan protein berkualitas tinggi yang cukup, termasuk leusin, di setiap waktu makan seiring bertambahnya usia.
Untuk merangsang sintesis otot, dibutuhkan sekitar 20–30 gram protein per waktu makan. Menggabungkan protein hewani dan nabati meningkatkan tingkat penyerapan protein. Studi menunjukkan bahwa kelompok yang mendistribusikan asupan protein secara merata dalam tiga waktu makan menunjukkan tingkat sintesis protein otot 24 jam yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi semuanya dalam satu waktu makan.
Misalnya, pola makan ideal dapat mencakup dua butir telur, segelas susu kedelai, dan yogurt Yunani untuk sarapan; dada ayam panggang, nasi merah, dan sayuran untuk makan siang; serta ikan, setengah blok tahu, dan sayuran untuk makan malam. Camilan yang disarankan antara lain protein shake, keju, kacang-kacangan, dan yogurt, dan segelas susu sebelum tidur juga disarankan.
Kesimpulannya, puasa protein yang berkepanjangan menyebabkan kerusakan dan hilangnya protein otot. Mengonsumsi protein secara sering—3–4 kali sehari secara berkala—lebih efektif daripada mengonsumsinya dalam jumlah besar sekaligus, karena pendekatan ini penting untuk pertumbuhan otot dan menjaga vitalitas fisik.
Sumber dan referensi artikel : www-chosun-com