Cerita Bu Wulandari Julianti : Dari Pelukan Paksa Hingga Ancaman Pisau dari Ayah Tiri

Seorang Ayah Tiri Perkosa Putrinya
Sumber :
  • Youtube

Olret – "Rumahku Istanaku"—pepatah itu hancur berkeping-keping bagi Bu Wulan dan putrinya. Di balik dinding yang seharusnya menjadi benteng perlindungan, telah terjadi serangkaian kekerasan dan pelecehan yang tak terbayangkan.

Menggali Mimpi yang Terkubur: Rahasia Bilal Faranov Menemukan Jati Diri di Usia 20-an

Kisah ini adalah tentang bagaimana naluri seorang ibu, dibantu oleh serpihan mimpi dan pengakuan terpaksa, berhasil menguak teror yang dilakukan oleh orang terdekat: sang ayah tiri.

Peringatan dari Alam Bawah Sadar

Kuncian Maut di Puncak Gunung Jawa Barat: Kisah Pasangan Tewas "Gancet" Setelah Diganggu Makhluk Gaib

Seorang Ayah Tiri Perkosa Putrinya

Photo :
  • Youtube

Kecurigaan Bu Wulan bermula pada Februari 2025, bukan dari pengakuan, melainkan dari sebuah pesan gaib.

Ubah HP Jadi Mesin Uang: 5 Kerja Sampingan Tanpa Modal yang Paling Realistis di Era Digital

Setelah melaksanakan salat Tahajud, ia dihantui oleh mimpi yang terasa terlalu nyata: melihat anaknya dalam posisi rentan dan sang suami berada di dekatnya. Peringatan dari alam bawah sadar ini diperkuat oleh perubahan yang ia saksikan langsung.

Putrinya, yang biasa ceria, berubah menjadi sosok yang pendiam dan dipenuhi ketakutan. Fisik sang anak pun mengalami perubahan yang janggal. Naluri Bu Wulan menjerit: ada sesuatu yang sangat tidak beres di rumahnya.

Dari Pelukan Paksa Hingga Ancaman Pisau

Setelah desakan yang panjang dan emosional, putrinya akhirnya berani bersuara, membuka kisah mengerikan yang telah dipendamnya sejak Oktober 2024. Kekerasan itu bukan sekadar pelecehan sesaat, melainkan serangkaian teror yang terencana:

Puncak Teror di Dapur (Oktober 2024)

Kejadian bermula dengan pengancaman yang dilakukan secara keji. Pelaku, sang ayah tiri, masuk ke dapur dan mengambil pisau kecil berwarna hijau.

Senjata tajam itu digunakan untuk mengancam putrinya, memaksanya untuk berpelukan, dan yang paling parah, merampas ponsel agar korban tidak bisa meminta bantuan. Di rumah yang sepi, pisau menjadi simbol kekuasaan dan teror.

Pelecehan di Ruang Tertutup

Teror berlanjut pada bulan November. Saat rumah sepi, pelaku mencoba melecehkan putrinya di kamar mandi, bahkan membekap mulut korban untuk memastikan teriakannya terbungkam.

Kekerasan Brutal (Desember 2024)

Intensitas kekerasan memuncak. Pelaku mendorong putrinya hingga kepalanya terbentur ujung meja. Tak hanya itu, ia mengancam lagi dengan pisau dan garpu yang diletakkan di leher korban. Setiap sudut rumah, mulai dari dapur, kamar mandi, hingga meja, menjadi saksi bisu dari penyiksaan yang kejam.

Bukti Fisik dan Saksi Bisu

Kebenaran yang sulit dipercaya ini diperkuat oleh dua fakta yang tak terbantahkan.

Pertama, adik korban, anak bungsu Bu Wulan, juga menjadi saksi bisu atas horor yang dialami kakaknya. Anak kecil itu melihat dan mengingat adegan-adegan kekerasan dan pelecehan, menambah lapisan trauma pada keluarga tersebut.

Kedua, Bu Wulan menemukan bercak darah segar pada pakaian suami dan anaknya. Darah yang diduga sebagai darah perawan ini menjadi bukti fisik yang tak terhindarkan bahwa kekerasan seksual telah terjadi.

Mimpi buruk Bu Wulan kini menjadi kenyataan yang harus ia hadapi: pelaku kejahatan terbesar dalam hidup anaknya adalah orang yang tidur di sampingnya selama bertahun-tahun.