Drama Pilu Yai Mim Dosen UIN Malang: Tanah Wakaf Berujung Pengusiran, Berawal dari Klakson Mobil dan Tuduhan "Cabul"?

Drama Pilu Yai Mim Dosen UIN Malang
Sumber :
  • Youtube

"Definisi cabul menurut beliau mungkin berbeda. Beliau menganggap melihat laki-laki berpakaian seperti itu sama dengan melakukan percabulan," jelas Yaimim.

Panas! Konflik Lahan Parkir Berubah Jadi Drama Pelecehan Seksual: Yai Mim dan Sahara Saling Lapor Polisi

Tuduhan ini, diperkuat dengan video-video yang diunggah Sahara, menciptakan narasi negatif terhadap Yaimim di media sosial. Puncaknya, Yaimim menerima surat penolakan warga yang berujung pada pengusiran dari perumahan. Dalam surat tersebut, Yaimim dituduh.

  1. Berperilaku tidak pantas (termasuk tuduhan minum miras dan memperlihatkan aurat).
  2. Menyebarkan fitnah dan meresahkan warga.
  3. Berseteru secara fisik dan verbal.
Puncak Drama: Yai Mim Menutup Konflik dengan Seruan Damai, Istri Minta Stop Serang Keluarga

"Kami tidak pernah didudukkan bersama. Tidak pernah menerima teguran. Keputusan (pengusiran) itu diambil diam-diam tanpa memberi kami kesempatan tabayun," protes Rosida, istri Yaimim, menyayangkan minimnya fungsi perangkat RT/RW sebagai penengah.

Hidup di Hotel dan Pura-pura Sakit

Yai Mim vs. Tuduhan "Cabul" dan Video Pribadi: Pertarungan di Ranah Kehormatan

Akibat pengusiran itu, Yaimim dan istri memilih tinggal sementara di hotel karena merasa tidak aman di rumah sendiri. Rumah mereka kini rencananya akan dijual.

Yaimim juga mengakui bahwa aksi 'drama' yang viral, di mana ia terlihat seolah-olah stroke atau terjatuh saat berkonflik, adalah tindakan yang disengaja. "Kalau Anda diancam seseorang (akan stroke), maka kita melakukan sesuatu yang diinginkan orang itu. Supaya (orang itu) marem (puas)," ungkapnya, menjelaskan upaya untuk memecah konsentrasi pihak lawan.

Saat ini, kedua belah pihak diketahui telah saling melaporkan ke polisi.

Pintu Damai Tetap Terbuka

Meskipun menghadapi pengusiran dan pelaporan, Yaimim menegaskan bahwa ia tetap membuka pintu damai. Ia berharap warga dan tetangganya dapat kembali pada hati nurani.

"Ayo kita bersaudara, bertetangga, saling menghormati, saling menghargai. Saya merasa benar tapi aku ada salahnya. Yang saya salah, saya minta maaf. Yang saya benar, mohon dihargai," pungkas Yaimim.

Kisah Yaimim ini menjadi cerminan bahwa masalah bertetangga yang tidak diselesaikan dengan mediasi yang adil dapat berujung pada drama sosial dan hukum yang merugikan semua pihak.