Dosen Yai Mim "Angkat Kaki" dari Mediasi Lokal, Langsung Gas Bertemu "Bapak Aing" Kang Dedi Mulyadi!
- Youtube
Olret – Drama perseteruan antara tetangga yang melibatkan mantan dosen UIN Malang, Yaimim, dan pengusaha rental mobil Ibu Sahara, telah mencapai babak baru yang mengejutkan.
Setelah heboh di podcast Denny Sumargo (Densu), Yaimim kini secara terang-terangan menolak mediasi yang diinisiasi oleh pemerintah daerah setempat dan justru memilih "angkat kaki" ke Jawa Barat untuk bertemu tokoh terkenal, Kang Dedi Mulyadi (KDM).
Langkah ini sontak memantik pertanyaan: Mengapa seorang dosen filsafat lebih memilih bertemu tokoh nasional daripada menyelesaikan konflik di tingkat lokal?
Dari Parkir hingga Dugaan Rahasia Tabu
Kisah Pilu Yai Mim Dosen UIN Malang
- Youtube Holla.Entertainment
Konflik Yaimim dan Sahara awalnya dipicu oleh masalah parkir mobil rental milik Sahara di atas lahan yang diklaim Yaimim sebagai tanah wakaf yang dihibahkan untuk kepentingan umum, bukan bisnis pribadi.
Perselisihan ini kemudian memanas hingga Yaimim terpaksa mengundurkan diri dari pekerjaannya dan bahkan diusir dari lingkungannya.
Puncaknya terjadi saat Yaimim muncul di podcast Bang Densu. Dalam penuturannya, ia mengungkap detail kejadian yang melibatkan Ibu Sahara dan sopirnya, Agil, yang saat itu disebutnya keluar rumah dengan "pakaian minim" ketika suami Sahara, Pak Sofyan, sedang tidak di rumah.
Detail tersebut, ditambah dengan pernyataan Yaimim bahwa sopir Agil terlihat "marah tujuh kali lipat" melebihi kemarahan Sahara, membuat netizen curiga. Banyak yang menduga bahwa konflik parkir hanyalah permukaan, dan upaya pengusiran Yaimim adalah karena ia "mengetahui rahasia tabu" yang ditakutkan akan terbongkar.
Kekecewaan Terhadap Birokrasi Lokal
Solusi Damai Dosen UIN Malang
- Youtube
Keputusan Yaimim untuk meninggalkan Malang dan pergi ke Bandung tidak terlepas dari kekecewaan mendalam terhadap respons pejabat daerah.
"Biarkan kami perang," tegas Yaimim, menanggapi kabar mediasi yang beredar di Malang.
Dalam video yang diunggah kanal Radio Santuy, Yaimim mengkritik lambatnya tanggapan dari birokrasi lokal, mulai dari level RT hingga Walikota, yang dianggapnya terkesan tidak sigap dalam meredam masalah yang sudah terlanjur viral secara nasional. Menurutnya, respons yang terlambat membuat jalan damai sudah tidak relevan lagi.