Kisah Nyata : Saat Uang Bukan Segalanya, Pengakuan Pria yang Dikejar Jin Laut Selatan

Pengakuan Pria yang Dikejar Jin Laut Selatan
Sumber :
  • Youtube Malam Mencekam

Olret – Kisah Pak Joko, seorang pengusaha sukses yang terjerat utang miliaran rupiah, menjadi pengingat yang mengerikan tentang bahaya mencari jalan pintas. Awalnya, hidupnya tampak sempurna.

Pengakuan Terpahit Julia Prastini, Memohon Maaf pada Daehoon dan Tiga Malaikat Kecilnya

Berawal dari usaha kecil-kecilan di Jawa Tengah pada tahun 2010, Pak Joko dan istrinya berhasil mengembangkan bisnis mereka hingga dipercaya mengurus arisan dan menjadi agen bank BUMN.

Prestasinya cemerlang, dengan transaksi harian mencapai ratusan juta rupiah. Namun, kesuksesan itu justru menjadi bumerang ketika ia mulai menggunakan dana talang untuk menutupi pinjaman nasabah.

5 Poin Utama Permintaan Maaf Terbuka Julia Prastini

Awalnya, “main mata” dengan orang dalam di bank membuat skema ini berjalan mulus. Namun, rotasi pegawai memutuskan jalur itu. Dalam sekejap, jaringan orang dalam menghilang, aliran dana macet, dan utang miliaran rupiah menumpuk. Para pendana mulai menagih, dan Pak Joko berada di ujung tanduk.

Perjalanan Gelap Menuju Pesugihan

Pesan Melda Safitri untuk Suami : Tolong Perhatikan dan Jangan Telantarkan Anak

Dalam keputusasaan, Pak Joko menceritakan masalahnya kepada keluarga. Istri dan mertuanya, yang juga terdesak, memberikan lampu hijau baginya untuk mencari “jalan apa pun” demi melunasi utang.

Dari seorang kerabat, ia dikenalkan dengan media pesugihan bernama Betara Karang atau “BK,” sebuah kotak berisi rambut misterius. Ritual pertama gagal total, ditandai dengan angin kencang dan suara aneh, seakan alam memberikan peringatan.

Tak menyerah, Pak Joko mendapat informasi baru dari teman lamanya mengenai sebuah tempat keramat di pesisir Jawa Barat, dekat Laut Selatan. Konon, tempat itu memiliki empat keramat dengan “layanan” berbeda:

  • Keramat satu: Untuk penyucian diri.
  • Keramat dua: Untuk pinjaman bank gaib.
  • Keramat tiga: Untuk jual keluarga atau umur.
  • Keramat empat: Untuk kawin dengan makhluk gaib.

Setelah mencoba keramat dua dan tiga dan gagal karena syaratnya meminta tumbal anaknya sendiri, Pak Joko diarahkan ke keramat empat—kawin jin. Istrinya, meski sempat ragu, akhirnya menyetujui demi melunasi utang yang melilit.

Maharnya pun disiapkan: baju perempuan lengkap dengan pakaian dalam, kerudung, alat rias, buah-buahan, dan sesaji lainnya.

Pertemuan dengan “Ibu Ratu”

Ritual dimulai setelah magrib. Selama dua malam pertama, hanya bayangan tiga putri yang terbang di dalam gua. Namun, pada malam ketiga, salah satu putri bernama Tunjungsari menyapa Pak Joko. Ia menanyakan keseriusannya dan mengatur pertemuan dengan “Ibu Ratu” di Laut Selatan.

Dalam pertemuan itu, Ibu Ratu mengajukan syarat-syarat pernikahan gaib yang mengerikan:

  • Pak Joko dan sang putri harus berhubungan layaknya suami istri.
  • Setiap selesai berhubungan, ia boleh meminta harta apa pun.
  • Sang putri akan hamil dan melahirkan anaknya.
  • Kelak, saat anaknya meminta, Pak Joko harus ikut tinggal di alam mereka dan meninggalkan dunia nyata selamanya. Syarat ini terutama berlaku jika anaknya perempuan, karena ia harus menjadi wali nikahnya.

Mendengar syarat terakhir, nyali Pak Joko ciut. Risiko yang ia hadapi jauh lebih besar daripada utang yang melilit. Ia segera kembali ke juru kunci untuk mencari cara membatalkan semua rencana.

Mengakhiri Perjalanan Gelap

Proses pembatalan pun dilakukan. Pak Joko membawa kembali mahar pakaian ke gua, melarungkannya ke laut bersama sesaji, dan mendapat pesan tegas dari juru kunci untuk tidak pernah lagi menginjakkan kaki di tempat keramat itu.

Pak Joko pulang tanpa hasil. Utangnya masih ada, meski kini tanpa bunga, namun ia mengaku bersyukur tidak melanjutkan pernikahan gaib yang hampir merenggut nyawanya.

“Kalau ingin anak-istri selamat sampai tua, jangan tempuh jalan ini,” ujarnya. “Harta instan memang ada, tapi risikonya sepadan dengan nyawa.”

Kisah Pak Joko menjadi pelajaran berharga tentang konsekuensi dari jalan pintas. Se