Kisah Nyata: Duit Beranak Jadi Banyak, Kutukan Goa X, dan Janji Ibu Ratu
- Youtube Malam Mencekam
Olret – Kisah ini berawal dari sebuah dusun yang terpencil, di mana berdiri kokoh sebuah bukit yang memancarkan aroma kemenyan yang pekat, bahkan di siang bolong. Penduduk setempat mengenalnya sebagai Goa X.
Mereka tak berani menyebut namanya dengan lengkap, seolah takut jika suara mereka akan membangkitkan sesuatu yang bersemayam di dalamnya. Konon, di dalam goa itu tersimpan peti berisi harta berlimpah, dari emas batangan, perhiasan, hingga miliaran uang tunai.
Namun, ada harga yang harus dibayar—bukan sekadar materi, melainkan ketenangan, bahkan akal sehat.
Dari Wedding Organizer Sukses hingga Terlilit Utang
Nama Pak Rudy pernah harum di dunia wedding organizer Jakarta. Sejak 2004, bisnisnya berkembang pesat, acara yang ia tangani selalu sukses, dan rezeki mengalir tiada henti. Namun, tahun 2009 menjadi titik balik yang kelam.
Persaingan bisnis semakin ketat, media sosial mulai mengubah lanskap pasar, dan kontrak kantornya tak diperpanjang. Dalam hitungan bulan, usahanya kolaps, modal menipis, dan karyawan bubar. Seakan belum cukup, Pak Rudy juga terjerat utang besar dari bank dan rentenir. Malam-malamnya dipenuhi kegelisahan, terus-menerus menghindari penagih yang datang tanpa kenal waktu.
Dalam situasi terpuruk, Pak Rudy bertemu Jaka, teman lamanya yang kini sukses dengan bisnis bank keliling. Tergiur oleh keuntungan besar yang dijanjikan, Pak Rudy nekat meminjam Rp350 juta dari bank dan menginvestasikannya ke usaha itu. Awalnya semua berjalan lancar, bahkan lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya.
Namun, awal 2012, tanda-tanda kehancuran mulai terlihat. Nasabah macet bayar, pembukuan dipenuhi catatan merah, dan setoran ke bank mulai tersendat. Akhirnya, usaha itu ambruk, uang habis, utang menumpuk, dan Jaka pun menghilang.
Perjalanan Gelap Menuju Goa X
Di tengah kebuntuan, Pak Rudy mendengar tentang seorang "orang pintar" bernama Mama Mayang, yang konon bisa "menarik rezeki" lewat jalur spiritual.
Mama Mayang memperkenalkan Pak Rudy pada gurunya, Abah Emed, seorang lelaki tua dengan wajah teduh namun tatapan mata yang dalam. Untuk mendapat bantuan, Pak Rudy harus membayar mahar sebesar Rp3 juta. Ia pun nekat meminjam uang demi membayar mahar tersebut.
Perjalanan spiritualnya membawa Pak Rudy ke sebuah desa di Kuningan, ke rumah Abah Emed. Malam itu, mereka mendaki bukit gelap menuju Goa X, hanya ditemani obor bambu sebagai penerang. Aroma dupa semakin pekat saat mereka mendekat.
Di dalam goa, di atas kain putih, telah tersusun sesaji lengkap: kembang tujuh rupa, rokok kretek, kelapa hijau, telur ayam kampung, serta air merah dan putih.
Pada malam pertama ritual, Pak Rudy hanya merasakan hembusan angin dingin yang menusuk tulang. Malam kedua, bulu kuduknya berdiri. Ia merasa banyak sosok di belakangnya, meski tak bisa melihat wujudnya.
Puncaknya, pada malam ketiga, sekitar pukul 1 dini hari, udara di dalam goa terasa berat. Dari kegelapan, muncul sosok makhluk tinggi berperut buncit, berambut panjang, dan bermata besar.
Di tangannya, ada peti indah berbingkai emas yang berisi tumpukan uang, emas, dan perhiasan yang berkilauan. Makhluk itu menatap Pak Rudy dan berbisik lirih, “Kamu mau?”
Karena ketakutan, Pak Rudy hanya bisa mengangguk. Makhluk itu lalu menghilang begitu saja. Saat ia menceritakan kejadian itu kepada Abah Emed, sang guru hanya menggeleng. “Harusnya kamu jawab mau. Itu rezeki kamu,” ujar Abah Emed
Janji Ibu Ratu dan Harapan yang Pudar
Akhirnya Pak Rudy mencoba ritual kembali. Kali ini, aroma harum menyelimuti goa. Dari balik kegelapan, muncul sosok perempuan berparas ayu, berselendang hijau kebiruan. Abah Emed kemudian berkata, “Itu Ibu Ratu Pantai Selatan. Dia mau bantu kamu.”
Sejak saat itu, Pak Rudy mendapat izin untuk melanjutkan wirid di rumah. Mama Mayang menyediakan ruangan khusus, lengkap dengan sesaji yang harus diperbarui setiap hari.
Suatu malam, di tengah wirid, Pak Rudy melihat tumpukan uang merah ratusan ribu yang jumlahnya mencapai Rp2 miliar. Tangannya ingin meraih, tapi uang itu menghilang begitu saja, hanya menyisakan selembar uang Rp100.000 di hadapannya. Lembar uang itu nyata dan bisa digunakan, tapi "uang besar" yang dijanjikan tak pernah muncul lagi, meski ritual terus dijalankan.
Hari-hari berikutnya diisi dengan wirid panjang, biaya sesaji yang mencapai ratusan ribu rupiah setiap kali, dan harapan yang semakin pudar. Akhirnya, Abah Emed meninggal, meninggalkan Pak Rudy dengan tumpukan kenangan, utang, dan pelajaran pahit yang tak terlupakan.
Kisah nyata lain menanti… karena setiap pilihan gelap, pasti punya bayangan panjang.
****
Catatan redaksi: Cerita ini disadur dari kisah nyata yang diunggah di kanal YouTube Malam Mencekam. Nama, lokasi, dan detail lain mungkin telah diubah untuk kepentingan narasi. Konten ini bertujuan sebagai hiburan dan tidak menganjurkan praktik spiritual yang dijelaskan di dalamnya.