Media Vietnam Soroti Manusia Silver yang Jadi "Pengemis" di Jalanan Setelah PHK

Manusia Silver
Sumber :
  • APF

OlretMedia Vietnam vnexpress.net menyoroti nasib manusia silver di Indonesia yang kini banyak menjadi profesi dan mengemis di jalananan.

Vietnam Menduduki Peringkat ke-2 Negara Paling Bahagia di Asia Tenggara

Di-PHK setelah pandemi, Ari Munandar, 25 tahun, bersama saudara laki-laki dan sahabatnya, mengecat diri mereka sendiri dengan warna perak dan berdiri sebagai patung di sebuah persimpangan di ibu kota Jakarta untuk mengemis uang.

Munandar mengakui bahwa ini adalah cara yang "memalukan tetapi perlu" untuk mencari nafkah setelah kehilangan pekerjaannya pada tahun 2019. Dia telah melakukan banyak pekerjaan berbeda dan sekarang berhenti membuat patung perak.

''Saya tidak bangga, tetapi istri dan anak-anak saya masih di rumah, menunggu untuk membawa uang pulang,'' katanya.

Samsung Galaxy S25 Edge: Desain Super Tipis dengan Performa Maksimal

Munandar adalah satu dari ratusan pemuda Indonesia yang bekerja sebagai "manusia silver" untuk meminta-minta uang. Dia, saudaranya Keris, dan sahabatnya Riyan masing-masing berbagi jalur. Para pengemudi berhenti, mereka mengangkat tangan untuk memberi hormat, pose mereka kaku seperti robot.

"Selamat siang dan berhati-hatilah saat berkendara," kata Ari seraya menggerakkan tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang menyerupai film-film fiksi ilmiah.

Tren Orang Amerika Yang Memilih Hidup Tanpa Anak

Rata-rata, mereka memperoleh penghasilan 120.000 rupiah (hampir 190.000 VND) per hari, dan pada hari keberuntungan, hingga 200.000 rupiah. Angka ini masih jauh dari upah minimum Jakarta sebesar 5 juta rupiah/bulan.

"Kita mungkin tidak makan siang, tetapi kita tetap harus merokok dan minum anggur," Ari tertawa getir.

Statistik pemerintah menunjukkan bahwa jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan di Jakarta telah meningkat dari 362.000 pada tahun 2019 menjadi 449.000 pada akhir tahun 2024. Harga makanan pokok, beras, telah meningkat sebesar 27% selama 10 tahun terakhir.

Setelah pertunjukan, rombongan kembali ke daerah kumuh tepi sungai dengan tuk-tuk, jauh dari gedung-gedung tinggi ibu kota Jakarta. Ari kembali ke sumur di depan rumah, membawa seember air dingin untuk membersihkan cat logam dari tubuhnya. Putrinya yang berusia satu tahun, Arisya, berdiri menatap ayahnya dengan mata bulat besar.

"Awalnya, catnya terasa panas dan melepuh di leher saya. Sekarang, hanya perih di mata saja," ungkap Ari.

Ketika lapisan perak itu dihilangkan, wajah muda dengan senyum ramah pun terlihat. "Hanya dengan melihat anak saya, saya bisa melupakan semua rasa lelah saya. Namun, saya berharap dia tidak perlu melakukan hal yang sama seperti saya," katanya.