Ada Balon Raksasa di Kepalaku yang Bernamakan Ketakutan

Ilustrasi Kesakitan
Sumber :
  • Pexels/Andrew Neel

Olret – Ada balon raksasa di kepalaku yang bernamakan ketakutan

Skandal Tumbler Hilang Milik Anita Dewi di KRL: Dari Kelalaian Kecil, Menuju Pemecatan Instan?

Apakah ini harus kutanggung sendirian? Aku tidak tahu

Jika jawabannya tidak, maka bisakah kita duduk sebentar?

Ruben Amorim: Jika Kami Lebih Berani, MU akan Mengalahkan Tottenham

Mari bercerita

Terlalu banyak adegan yang begitu tiba-tiba hari ini

Menggali Mimpi yang Terkubur: Rahasia Bilal Faranov Menemukan Jati Diri di Usia 20-an

Terlalu banyak yang mampir di panca indraku

Terlalu banyak membaca walau paham belum kutangkap

Ketika September datang,

Aku berharap ia akan menoreh gempita dan tawa

Namanya didengung-dengungkan dimana-mana, September ceria, katanya

Nyatanya, di penghujung September aku masih merindukan kemewahan bernamakan napas dan kenyang

Hal yang belum kumiliki kala itu

Semua realita ini seolah mengolok-olok inginku untuk sekedar mencecap

Aku kian paham, bagamaimana hal sepele menjadi tidak sepele bagi kaum seperti kami

Ya, aku mengerti

Aku ingin menangis tetapi tak kuasa

Kemewahan itu tetap belum tergenggam

Hingga derap langkah mengantar kejut

Ia datang

Ia tiba

Ia mengenyangkan

Lalu, pesan beruntun memenuhi gawai

Setelah berkali-kali nyaris putus asa

Kata sepakat akhirnya terdengar

Namun, justru kata sepakat itu yang mengembangkan balon ketakutan di benak

Ada yang hilang

Ada yang tak menjawab

Ada yang mendesak

Apakah ia telah menipu kami?

Yakinkan aku bahwa jawabannya adalah tidak

Aku sedang sedang terdesak, sungguh

Lalu, mejaku yang kosong kembali mengingatkan

Inginku banyak

Di antara semuanya, lagi-lagi isi perut rupanya tetap menjadi prioritas

Kita butuh tegak, 'kan?

Setelahnya, suara mobil terdengar di pekarangan

Dan asaku terpenuhi

Apa Tuhan sedang berbicara padaku tetapi aku tak mendengar?

Apa makna dari semua ini?

Bantu aku untuk berdiri, Tuhan