5 Risiko Menyimpan Uang Terlalu Banyak di E-Wallet Yang Bisa Menghantui Kamu

Ilustrasi keuangan
Sumber :
  • Pexels/energepic.com

Olret – E-wallet alias dompet digital kini jadi sahabat setia banyak orang. Dari bayar kopi, ongkir, hingga belanja online. Sekarang ini semua bisa dilakukan hanya dengan satu sentuhan di layar ponsel. Praktis banget, kan?

Praktiknya Sih Praktis, Tapi Ini Risiko Menyimpan Uang Terlalu Banyak di E-Wallet

Tapi di balik kemudahannya, ada hal penting yang sering dilupakan dengan menyimpan terlalu banyak uang di e-wallet ternyata bisa berisiko. Bukan hanya soal keamanan digital, tapi juga soal cara kita mengatur keuangan.

Yuk, kenali apa saja risikonya biar kamu bisa pakai e-wallet dengan lebih bijak.

5 Tips Mengatur Uang Bulanan Bersama Pasangan agar Tak Berujung Ribut

1. Rentan terhadap Kejahatan Siber

Salah satu risiko terbesar menyimpan saldo besar di e-wallet adalah potensi pencurian data dan dana. Meski aplikasi e-wallet sudah dilengkapi sistem keamanan seperti PIN, OTP, atau sidik jari, peretas (hacker) tetap punya cara untuk menembusnya, misalnya lewat tautan palsu (phishing) atau aplikasi tiruan.

OxygenOS 16 Resmi Diperkenalkan, Inilah Ponsel Pertama yang Menggunakannya Secara Native

Begitu data akunmu bocor, pelaku bisa menguras saldo hanya dalam hitungan menit. Maka, usahakan simpan saldo secukupnya saja, dan aktifkan fitur keamanan ganda seperti two-factor authentication. Jangan lupa, hindari login di Wi-Fi publik atau membagikan kode OTP ke siapa pun.

2. Tidak Dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

Berbeda dengan uang di rekening bank yang dilindungi oleh LPS, saldo di e-wallet tidak termasuk dalam jaminan tersebut. Artinya, jika perusahaan penyedia e-wallet mengalami masalah finansial atau kebobolan sistem, uang kamu bisa saja hilang tanpa jaminan penggantian.

Meski sebagian besar e-wallet terpercaya punya sistem pengawasan dari Bank Indonesia, tetap saja risikonya lebih tinggi dibanding menyimpan uang di bank. Jadi, lebih aman jika e-wallet hanya digunakan sebagai alat transaksi, bukan tempat menabung.

3. Mendorong Perilaku Konsumtif

Saldo digital cenderung membuat kita “tidak terasa” saat mengeluarkan uang. Karena tidak melihat uang fisik keluar dari dompet, otak kita jadi kurang sadar terhadap pengeluaran. Inilah yang sering bikin orang lebih boros saat menggunakan e-wallet.

Coba perhatikan: seberapa sering kamu tergoda promo “cashback 50%” atau “diskon cuma hari ini”? Padahal, itu tetap pengeluaran, bukan penghematan. Maka, penting untuk membatasi saldo agar tidak mudah tergoda membeli hal yang tidak perlu.

4. Kesalahan Teknis dan Akses Terblokir

Sistem digital memang cepat dan praktis, tapi bukan berarti tanpa risiko. Gangguan server, bug aplikasi, atau akun yang tiba-tiba terblokir bisa membuat saldo e-wallet tidak bisa diakses sementara. Kalau kamu menyimpan uang terlalu banyak di sana, tentu akan repot apalagi kalau sedang butuh cepat untuk transaksi penting.

5. Nilai Uang Tidak Berkembang

E-wallet memang memudahkan transaksi, tapi saldo di dalamnya tidak menghasilkan bunga atau keuntungan apa pun. Artinya, jika kamu menyimpan uang terlalu lama di sana, nilainya justru bisa tergerus inflasi. Daripada “nganggur” di e-wallet, lebih baik pindahkan ke rekening tabungan atau instrumen investasi yang aman dan produktif.

E-wallet memang memudahkan hidup digital kita, tapi bijaklah dalam menggunakannya. Simpan saldo secukupnya untuk kebutuhan harian atau transaksi kecil, dan sisanya tetap kelola di rekening bank atau investasi.

Karena pada akhirnya, teknologi memang bisa mempermudah hidup asalkan kita tahu cara menggunakannya dengan aman dan cerdas.