Waspada! NPD, Depresi, dan Anxiety Mengintai Gen Z: Mengapa Orang Tua dan Atasan Harus Mulai Mendengar

Latihan untuk Mengobati Kecemasan dan Depresi Secara Alami
Sumber :
  • ENA

Olret – Diskusi antara Helmy Yahya dan dr. Vivi Syarif, seorang ahli penyakit jiwa, membuka mata tentang gelombang masalah kesehatan mental yang melanda Generasi Z.

Ketika Rp300 Triliun Lenyap dalam 15 Menit: Sisi Gelap Kripto dan Jeritan Jiwa yang Bangkrut

Jauh dari sekadar tren, istilah-istilah seperti anxiety, depresi, dan NPD (Narcissistic Personality Disorder) kini menjadi keluhan serius yang dibawa anak muda ke ruang praktik.

Akar Masalah: Stigma, Gaslighting, dan Pola Asuh Beracun

Dilema Abadi: Realistis Sejati vs. "Sukses" di Mata Publik

Fenomena Gen Z yang rentan terhadap masalah mental tidak berdiri sendiri, melainkan berakar kuat dari lingkungan dan interaksi antargenerasi:

1. Dampak Stigma dan Denial Orang Tua

Neurosains, Hard Work, dan Makna Hidup: Pelajaran Berharga dari Agata Chelsea

Ketika Gen Z berani mengakui sedang tertekan atau butuh bantuan profesional, respons dari orang tua sering kali menjadi bumerang. Stigma umum seperti "kurang ibadah," "kurang bersyukur," atau hanya perlu "salat saja" justru membuat anak muda merasa tidak dipahami dan dapat memicu sikap anti-agama karena merasa semua dibawa ke ranah spiritual.

2. Trauma Berantai (Generational Trauma)

Masalah mental Gen Z sering kali merupakan warisan. Pola asuh yang menuntut, menghakimi, dan tidak pernah puas (misalnya, anak ranking satu masih dikritik untuk meraih yang lebih tinggi) menciptakan luka batin.

Parahnya, inkonsistensi moral orang tua (misalnya menyuruh beribadah tapi berselingkuh atau abusif) dapat menyebabkan anak membenci agama karena mereka sejatinya membenci sosok orang tuanya.

3. NPD dan Gaslighting dalam Relasi

Gen Z tidak hanya menjadi pengidap, tetapi juga korban dari NPD. Narcissistic Personality Disorder ditandai dengan rasa kebesaran, minim empati, dan kebutuhan berlebihan akan pengaguman.

Penderita NPD sangat antikritik dan menggunakan taktik manipulatif seperti gaslighting—memutarbalikkan fakta hingga korbannya (pasangan, anak, atau bawahan) merasa bersalah atas kesalahan yang dilakukan si narsistik.

4. Anxiety dan Depresi sebagai Konsekuensi

Tingkat kecemasan (anxiety) pada Gen Z dipicu oleh budaya overthinking dan perbandingan sosial yang masif di media sosial. Mereka selalu ingin sukses cepat dan takut ketinggalan (FOMO).

Ketika tekanan hidup, relasi, dan pekerjaan datang, mereka rentan mengalami depresi yang ditandai dengan energi dan motivasi yang turun drastis hingga mengganggu fungsi kehidupan.

Halaman Selanjutnya
img_title