Mengapa Media Sosial Bisa Bikin Kita Minder? Ini Penjelasan Psikologisnya

ilustrasi scrolling media sosial
Sumber :
  • pexels.com/@cottonbro

Remaja lebih tua dan perempuan justru lebih sering merasa tidak puas dengan tubuh atau penampilan mereka (APA, 2022).

5 Penyebab HP Tiba-Tiba Muncul Iklan Sendiri dan Cara Mengatasinya

Dampak Nyata: Dari Minder hingga Perilaku Berisiko

Ketidakpuasan tubuh yang dipicu media sosial bukan sekadar rasa minder sementara. Dalam jangka panjang, bisa berujung pada:

Wirtz Senilai £116 Juta Diejek Sebagai "Agen 007": Lelucon Tak Adil Terhadap Rekrutan Baru
  • Harga diri rendah
  • Obsesi diet berlebihan
  • Olahraga ekstrem

Bahkan dorongan melakukan operasi plastik dengan motivasi negatif.

Ubah HP Jadi Mesin Uang: 5 Kerja Sampingan Tanpa Modal yang Paling Realistis di Era Digital

6 Cara Jaga Kesehatan Mental Saat Bermedia Sosial

Kalau scrolling bikin makin tidak bahagia, bukan berarti solusinya harus berhenti total. Ada beberapa strategi yang terbukti membantu menjaga citra tubuh tetap positif:

1. Batasi waktu layar – riset menunjukkan jeda dari media sosial bisa meningkatkan mood dan kepuasan hidup.

2. Follow akun body positive – isi feed dengan konten yang merayakan keaslian tubuh.

3. Ingat nilai diri bukan cuma soal penampilan – fokus pada kepribadian, skill, dan kualitas diri.

4. Hargai fungsi tubuh – syukuri apa yang bisa dilakukan tubuh, bukan cuma bagaimana tampilannya.

5. Take a break – coba detoks media sosial sejenak dan nikmati aktivitas offline.

6. Tantang pikiran negatif – saat muncul rasa minder, sadari bahwa kebanyakan postingan adalah highlight yang sudah dipoles, bukan kenyataan sehari-hari.

Media sosial bisa jadi sumber hiburan, inspirasi, bahkan koneksi. Tapi di sisi lain, ia juga menciptakan lahan subur untuk perbandingan sosial yang tidak sehat. Menyadari ilusi “kesempurnaan” di balik layar, serta mengatur cara kita berinteraksi dengan konten, adalah langkah penting untuk tetap waras dan menjaga harga diri.

Ingat, feed media sosial adalah sorotan hidup orang lain, bukan representasi nyata seluruh kehidupannya.

Sumber Referensi:

American Psychological Association (2022). Social Media and Youth Mental Health.