Part 7 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan

Taman Nasional Gunung Leuser
Sumber :
  • Rekam Nusantara

Olret – Kejadian-kejadian yang mencekam di Part 6 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumaetra Selatan, ternyata masih belum selesai. Kami masih harus mengalami teror-teror yang lebih menegangkan dan membuatku berfikir. Disinikah akhir dari petualangan kami.

Mengapa Game Horor Selalu Punya Tempat di Hati Gamer: Sensasi Aman di Tengah Ketakutan

Dengan pandangan mata tak senang, Kakek itu pelan-pelan menutup pintu. Kudengar suara Kakek Nenek itu berbisik, tapi aku sama sekali tak mampu menerka apa yang mereka bicarakan. Bisik-bisik itu hilang setelah beberapa menit, digantikan suara dengkuran.

Tapi itu bukan suara dengkuran manusia....

Misteri Penyakit Bu Sri: Ketika Benjolan Keras Menjadi Sarang Kiriman Gaib

Aku bergidik ngeri, tubuhku gemetar tak terkendali. Jantungku berdegup-degup semakin kencang. Pelan-pelan aku beringsut mundur berusaha tak bersuara. Tubuhku sudah sedemikian lemas, rasanya aku tak mampu lagi berlari jika sesuatu terjadi. Pandanganku lekat menatap pintu, berharap pintu itu jangan sampai terbuka. Tiap kali dengkuran itu terdengar, jantungku serasa mencelos.

Awan tersibak memunculkan bulan yang sedari tadi hanya mengintip. Dengan penuh harap aku memandangi batas hutan, berharap melihat teman-teman yang lain. Ingin rasanya aku berlari ke sana, namun bayangan-bayangan penghuni hutan kabut itu langsung membatalkan niatku.

17 Film Indonesia yang Tayang Bulan Oktober, Part 1

Tapi berdiam disini pun rasanya aku tak mampu. Kengerian tempat ini sangat-sangat menekan. Mataku mulai panas, pandanganku buram, tanpa diminta airmataku tumpah. Dadaku terasa sesak dan aku mulai sesenggukan teringat orangtuaku.

Membayangkan kekhawatiran mereka, aku semakin tersedu-sedu, "Maafkan aku, Pak." Sambil ku usap airmataku dengan ujung baju.

Dadaku semakin sesak saat terbayang wajah Ibu. Disaat-saat seperti ini rasa bersalahku pada mereka semakin menjadi. Aku tak hanya melanggar larangan mereka, tapi juga berbohong. Lalu sesuatu nampak bergerak di antara tanaman kubis, dengan panik aku menoleh. Tapi semua diam. Apakah hanya angin?

Ku pandangi gundukan tanah memanjang yang dipenuhi tanaman kubis dan terong itu. Daun-daun kubis yang berwarna putih terhampar sejauh mata memandang. Kubis-kubis sebesar kepala manusia tergeletak begitu saja di gundukan tanah itu, siap untuk di panen. Mataku nanar mencari-cari dari mana sumber gerakan tadi, tidak ada. Satu-satunya yang bergerak hanya kabut tipis yang mengular sejengkal di tanah.

Halaman Selanjutnya
img_title