Part 7 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan

Taman Nasional Gunung Leuser
Sumber :
  • Rekam Nusantara

Aku menelan ludah, apa yang bergerak barusan tadi?

Ini Rahasia Bersyukur yang Mengundang Rezeki dan Nikmat Menurut Ustadz Khalid Basalamah

Dengkuran kembali terdengar dari dalam pondokan, aku semakin ketakutan.

Ya Allah, cepatlah datang teman-teman. Aku memohon dalam hati. Mataku menyisir batas hutan mencari-cari, berharap mereka segera tiba dan mengajakku pergi dari tempat menyeramkan ini.

Diangkat dari Kisah Nyata, Ini Daftar Pemain dan Sinopsis Film Horor “Maryam: Janji dan Jiwa yang Terikat”

Aku mengutukki kebodohanku yang tiba-tiba saja berlari dan terpisah dari mereka. Bang Idan pasti sekarang sedang panik mencariku. Ya Allah, maafkan aku Bang Idan, maafkan aku teman-teman.

Lagi-lagi sudut mataku menangkap sesuatu yang bergerak, tapi teringat kalimat Bang Idan untuk mengabaikan saja, aku pun berusaha tak mempedulikan. Mataku was-was mengawasi pintu. Rasanya ada sesuatu yang mengintai di balik pintu kayu itu.

Alur Cerita “Panggilan dari Kubur”, Film Horor Penuh Teror Mistis yang Mencekam

Tapi gerakan-gerakan di sudut mataku tak juga hilang. Aku berteriak histeris ketika menyaksikan kengerian yang terhampar di depanku.

Buah-buah kubis sebesar kepala itu nyatanya memang kepala. Gundukan-gundukan tanah disekitar pondokan itu kini dipenuhi kepala-kepala manusia yang bergerak-gerak ganjil. Beberapa nampak sedang berusaha mengeluarkan badannya dari dalam tanah. Tangan-tangan kurus dan pucat menggapai-gapai di semua tempat. Ladang itu kini dipenuhi suara erangan-erangan.

Mataku terbelalak, tenggorokanku tercekat. Tubuhku kaku tak mampu digerakkan. Yang bisa kulakukan hanya menatap ngeri melihat orang-orang itu satu persatu keluar dari dalam tanah. Setiap otot di tubuhku mengejang.

Perlahan bulan kembali tertutup awan ketika tubuh-tubuh pucat itu mulai bergerak ke arahku sambil terus menerus mengerang. Yang kuharapkan saat ini hanya pingsan atau mati saja, aku sudah tak mampu lagi. Dengkuran-dengkuran dari dalam pondokan juga semakin menjadi.

Ketika kudapatkan kembali suaraku, yang bisa kulakukan hanya menangis sejadi-jadinya sambil berteriak-teriak histeris.

"BAPAKKKKK.... IBUUU... TOLOOOOONG..... "

Ratusan tubuh itu terus bergerak semakin mendekat sambil mengeluarkan suara erangan. Beberapa mengeluarkan suara tangisan menyayat hati, suara lain memohon-mohon minta tolong. Kepalaku bergerak ke kiri dan kanan dengan panik mencari jalan keluar, tapi tubuhku tetap tak mau digerakkan seakan tertancap di bale-bale ini.

"ASTAGHFIRULLAH!! YA ALLAH!! TOLOOONG...!! TOLOOONG...!!!"

Aku terus berteriak dengan putus asa. Tubuh-tubuh itu semakin dekat. Suara-suara juga semakin riuh.

Halaman Selanjutnya
img_title