Part 7 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan
- Rekam Nusantara
Aku menelan ludah, apa yang bergerak barusan tadi?
Dengkuran kembali terdengar dari dalam pondokan, aku semakin ketakutan.
Ya Allah, cepatlah datang teman-teman. Aku memohon dalam hati. Mataku menyisir batas hutan mencari-cari, berharap mereka segera tiba dan mengajakku pergi dari tempat menyeramkan ini.
Aku mengutukki kebodohanku yang tiba-tiba saja berlari dan terpisah dari mereka. Bang Idan pasti sekarang sedang panik mencariku. Ya Allah, maafkan aku Bang Idan, maafkan aku teman-teman.
Lagi-lagi sudut mataku menangkap sesuatu yang bergerak, tapi teringat kalimat Bang Idan untuk mengabaikan saja, aku pun berusaha tak mempedulikan. Mataku was-was mengawasi pintu. Rasanya ada sesuatu yang mengintai di balik pintu kayu itu.
Tapi gerakan-gerakan di sudut mataku tak juga hilang. Aku berteriak histeris ketika menyaksikan kengerian yang terhampar di depanku.
Buah-buah kubis sebesar kepala itu nyatanya memang kepala. Gundukan-gundukan tanah disekitar pondokan itu kini dipenuhi kepala-kepala manusia yang bergerak-gerak ganjil. Beberapa nampak sedang berusaha mengeluarkan badannya dari dalam tanah. Tangan-tangan kurus dan pucat menggapai-gapai di semua tempat. Ladang itu kini dipenuhi suara erangan-erangan.
Mataku terbelalak, tenggorokanku tercekat. Tubuhku kaku tak mampu digerakkan. Yang bisa kulakukan hanya menatap ngeri melihat orang-orang itu satu persatu keluar dari dalam tanah. Setiap otot di tubuhku mengejang.
Perlahan bulan kembali tertutup awan ketika tubuh-tubuh pucat itu mulai bergerak ke arahku sambil terus menerus mengerang. Yang kuharapkan saat ini hanya pingsan atau mati saja, aku sudah tak mampu lagi. Dengkuran-dengkuran dari dalam pondokan juga semakin menjadi.
Ketika kudapatkan kembali suaraku, yang bisa kulakukan hanya menangis sejadi-jadinya sambil berteriak-teriak histeris.
"BAPAKKKKK.... IBUUU... TOLOOOOONG..... "
Ratusan tubuh itu terus bergerak semakin mendekat sambil mengeluarkan suara erangan. Beberapa mengeluarkan suara tangisan menyayat hati, suara lain memohon-mohon minta tolong. Kepalaku bergerak ke kiri dan kanan dengan panik mencari jalan keluar, tapi tubuhku tetap tak mau digerakkan seakan tertancap di bale-bale ini.
"ASTAGHFIRULLAH!! YA ALLAH!! TOLOOONG...!! TOLOOONG...!!!"
Aku terus berteriak dengan putus asa. Tubuh-tubuh itu semakin dekat. Suara-suara juga semakin riuh.