Kisah Nyata (Part 6-End): Angkernya Jalur Dukuh Liwung Gunung Slamet

Gunung Slamet
Sumber :
  • instagram

Cukup lama kami terdiam, terduduk di perkebunan bawang milik warga. Tenaga kami sungguh terkuras habis. Kini waktu menunjukkan pukul 1 pagi.

7 Tanda Dahsyat yang Membuktikan Anda Dicintai Allah

Itu artinya 5 jam perjalanan turun kami dari pos 1, padahal hanya butuh waktu 1-2 jam perjalanan normal. Kami meluruskan kaki-kaki ini, sambil bertumpu di carrier masing-masing. Sambil sedikit bercanda membicarakan tentang kejadian malam ini. Namun tak banyak yang kami utarakan, karena kami sadar, kami masih disini, dekat dengan tempat mereka berdiam diri.

Akhirnya dengan tenaga yang tersisa, kami kembali melanjutkan perjalanan. Rumah Pak Sakri yang menjadi tujuan akhir kami, masih berjarak cukup jauh dari sini, kami masih harus melewati sawah, dan kebun karet milik warga. Panji dan Fahmi yang sudah sangat kelelahan serta sakit dikaki nya yang kian menjadi, sempat tidak mau berjalan lagi. Namun kami tidak mungkin bermalam disini. Dengan sedikit memaksa akhirnya mereka mau berjalan kembali, Panji dan Fahmi di papah oleh Bang Epps Serta Asep dan Usep, dibantu oleh Pak Sakri yang kini membawa carrier Panji.

Berendam di Air Hangat di Papandayan Nature Park

Pukul 1.30 pagi, setelah melewati gang-gang sempit akhirnya kami sampai di rumah Pak Sakri. Legaaaa rasanya, senyum sumringah terpancar dari wajah kami. Ya Allah rasanya seperti menemukan mata air ditengah gurun pasir. Kini kami bisa berseka membersihkan diri, lalu istirahat tidur nyenyak malam ini.

**

Gunung Papandayan: Dari Sunrise Paling Menawan Hingga Eksotisme di Hutan Mati

EPILOG

Ke esokan pagi nya, pagi-pagi sekali kami sudah dijemput oleh mobil Pick Up yang akan membawa kami ke tempat pemandian air panas Guci, dimana lewat jalur ini lah seharusnya kami mendaki kemarin.

Setelah berbincang-bincang dan mengucapkan terimakasih kepada Pak Sakri dan keluarga yang sudah banyak berjasa menolong kami dipendakian kali ini, kami Pamit. Tidak lupa kami mengabadikan pertemuan kami dengan Pak Sakri dan keluarga, karena bersama beliau lah kami memiliki momen mendaki gunung yang luar biasa.

Setelah berpamitan, sekitar jam 7 pagi kami berangkat. Sesampainya di tempat pemandian, kami langsung memilih tempat untuk kami membenamkan diri di air hangat, mengendurkan otot-otot yang tegang dan meghilangkan rasa lelah.

Halaman Selanjutnya
img_title