Part 6 : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan

Gunung Kawi
Sumber :
  • instagram

"Huh! Lagi-lagi terjadi. Anak-anak kurangajar! Sebenernya buat apa kalian itu ganggu-ganggu kenyamanan penghuni Dempo? Ini selalu saja terjadi!'' dia mengomel panjang lebar.

Kisah Pedagang Ikan Cantik Cirebon: Uang Tak Pernah Habis, Nyawa Melayang Jadi Tumbal Tuyul Kelas Kakap

Aku menoleh ke belakang dan merasa heran karena tak melihat teman-temanku. Padahal tadi mereka tepat dibelakangku tidak jauh. Ah, mungkin sebentar lagi.

"Saya dan teman-teman numpang istirahat dulu, Pak." Kataku.

Kuncian Maut di Puncak Gunung Jawa Barat: Kisah Pasangan Tewas "Gancet" Setelah Diganggu Makhluk Gaib

"Teman apa? Tidak ada itu teman-temanmu!" Dia menjawab dengan galak.

Belum sempat menjawab, kulihat istrinya muncul dari balik pintu. Aku agak takut melihatnya. Nenek itu berambut panjang, beruban dan awut-awutan. Wajahnya hitam dan nampak menyeramkan, juga nampak sama tak ramahnya dengan kakek ini. Nenek itu memakai kain yang dililit di dada dan memakai kebaya model lama.

Kisah Nyata Paling Horor di Gunung Jawa Barat: Pasangan Tewas "Gancet", Diduga Hipotermia Ekstrem Berujung Maut!

"Siapa, Pak?" Kudengar dia bertanya pada suaminya.

"Ini coba kau lihat. Ada lagi anak-anak dari atas Dempo. Kurang ajar sekali! Udah sana kau bikinkan kopi dulu." Jawab Kakek itu sambil memerintahkan istrinya menyeduhkan minuman.

Tak lama dia muncul lagi dengan segelas kopi. Aku bergidik saat Nenek itu menatap mataku. Tak lama dia kembali lagi ke dalam disusul oleh si Kakek sambil memberikan perintah agar kopi itu diminum.

Dari balik pintu kudengar obrolan pelan kedua suami istri itu.

"Pak, itu yak yang mau kita panen besok?" Kudengar suara si Nenek.

"Ngga tau. Yang jelas bocah ini yang muncul." Jawab si Kakek tadi.

"Tak apa lah, Pak. Asal ada yang di panen." Suara si Nenek menyahut disusul cekikikan yang membuat bulu kuduk ku meremang. Aku langsung ketakutan, dan menyesali kecerobohanku yang tanpa pikir panjang tadi langsung datang kesini.

Lalu si Kakek muncul lagi ke teras pondokan. Aku langsung pura-pura tak mendengar obrolan mereka, mengambil kopi dan meminumnya. Hampir saja ku tersedak. Kopi itu luar biasa pahit. Nampaknya Nenek itu lupa mencampur gula.

"Ayo masuk aja." Pinta si Kakek padaku sambil berdiri di ambang pintu.

"Saya disini aja, Pak. Istirahat." Aku menolaknya dengan halus. Sesungguhnya aku punya firasat buruk, sejak tadi instingku mengatakan untuk pergi.

Halaman Selanjutnya
img_title