Dampak Gula Berlebih pada Otak dan Konsentrasi

Makanan Mengandung Gula yang Tingga
Sumber :
  • freepik.com

Risiko “Kecanduan” Gula

Musuh Tersembunyi di Piring dan Rokok Elektrik: Mengapa Serangan Jantung Kini Mengincar Usia 20-an

Gula bisa memicu pelepasan dopamin di otak mirip seperti zat adiktif lainnya. Karena itu, semakin sering kita konsumsi gula, semakin tinggi pula keinginan untuk mengulanginya. Ini bisa menciptakan pola perilaku mirip kecanduan: makin butuh rasa manis untuk merasa “normal” atau bahagia.

Akibatnya, otak jadi kurang responsif terhadap stimulasi alami yang menyenangkan, seperti olahraga, musik, atau interaksi sosial. Ini juga bisa menjelaskan kenapa seseorang bisa jadi lebih malas, moody, dan mudah cemas saat mencoba mengurangi gula.

Mengubah Olahraga dari Hukuman Menjadi Investasi Seumur Hidup

Memicu Peradangan Otak

Studi dalam jurnal Frontiers in Neuroscience menyebutkan bahwa asupan gula tinggi bisa memicu peradangan di otak, terutama jika dikonsumsi dalam jangka panjang. Peradangan ini bisa memperlambat kerja sistem saraf, meningkatkan stres oksidatif, dan bahkan berisiko mempercepat gangguan neurodegeneratif seperti Alzheimer.

Bom Waktu Di Usia 20-an! Dokter Ungkap 3 Kebiasaan "Sepele" yang Bikin Jantung Menua 2 Kali Lebih Cepat

Meskipun penyakit seperti itu lebih banyak terjadi di usia lanjut, kebiasaan makan sejak muda bisa jadi faktor pemicunya di masa depan.

Gula Tak Kasat Mata

Yang bikin bahaya gula makin sulit dikendalikan adalah karena banyak sekali makanan dan minuman yang mengandung “gula tersembunyi.” Bukan cuma pada makanan penutup, tapi juga saus kemasan, roti, sereal, minuman energi, bahkan yoghurt rendah lemak.

Kita sering kali gak sadar sudah melewati batas konsumsi gula harian yang direkomendasikan WHO, yaitu maksimal 25 gram per hari (sekitar 6 sendok teh) untuk orang dewasa.

Jadi, Haruskah Kita Hindari Gula Total?

Jawabannya “tidak harus”. Gula tetap dibutuhkan tubuh sebagai sumber energi, tapi dengan takaran dan sumber yang tepat. Gula alami dari buah-buahan, sayur, atau karbohidrat kompleks jauh lebih baik karena dicerna perlahan dan tidak langsung membuat lonjakan gula darah.

Hal terpenting adalah belajar mengelola konsumsi gula tambahan dengan cara menghindari minuman manis berlebihan, cek label makanan, dan seimbangkan asupan dengan makanan tinggi serat dan protein.

Gula memang manis, tapi dampaknya ke otak bisa bikin pahit. Terlalu banyak gula bisa bikin konsentrasi menurun, memori terganggu, dan performa otak melambat. Untuk anak muda yang aktif, belajar, kerja, atau berkarya, menjaga pola makan tetap seimbang terutama dalam hal asupan gula adalah salah satu investasi terbaik buat menjaga performa otak tetap prima.