Kopi, Senjata Rahasia Melawan Penyakit Berbahaya Lainnya!

Olret – Penelitian baru menunjukkan bahwa beberapa komponen kopi bisa menjadi "obat mujarab" untuk penyakit saraf degeneratif.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal NeuroToxicology telah menunjukkan bagaimana senyawa tertentu yang ditemukan dalam makanan umum dapat membantu melawan penyakit Parkinson. Kopi adalah yang paling menonjol.

Menurut tim penulis dari Massey University (Selandia Baru), Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif progresif yang ditandai dengan hilangnya neuron dopaminergik di substantia nigra.

Meskipun efektif dalam mengurangi keparahan gejala, obat-obatan saat ini memiliki kemampuan terbatas untuk memperlambat perkembangan penyakit, sehingga para ilmuwan selalu mencari strategi tambahan.

Salah satu obat yang paling umum untuk pasien Parkinson adalah penghambat monoamine oxidase B (MAO B).

Analisis baru menunjukkan bahwa komponen tertentu dari kopi dapat menghambat MAO B, termasuk senyawa flavonoid bioaktif seperti quercetin, myricetin, dan rutin.

Quercetin juga merupakan penghambat kuat katekol-O-metiltransferase (COMT). Obat Parkinson umum lainnya juga merupakan penghambat COMT.

Selain itu, agregasi α-sinuklein, protein neuronal, merupakan ciri khas Parkinson. Studi ini menemukan bahwa kafein dalam kopi dapat mengurangi toksisitas agregat α-sinuklein.

Selain itu, neuroinflamasi di otak berkontribusi secara signifikan terhadap degenerasi neuron dopaminergik, yang pada gilirannya menyebabkan perkembangan dan progresi Parkinson.

Senyawa bioaktif dalam kopi juga terbukti sebagai agen antiperadangan yang ampuh, termasuk kondisi neuroinflamasi ini.

Selain itu, minuman populer di seluruh dunia ini membantu mengubah mikrobioma usus - yang memengaruhi setiap proses dan sistem organ dalam tubuh, termasuk sistem saraf - serta mengaktifkan jalur yang melawan stres oksidatif.

Secara keseluruhan, untuk penyakit Parkinson, kopi benar-benar merupakan "obat ajaib".

Minum kopi mungkin berkontribusi terhadap beberapa hasil kesehatan yang positif, tetapi hasil ini juga dapat membuka jalan bagi pengobatan komplementer yang baru dan lebih efektif untuk penyakit yang mengancam jiwa ini.