Dibalik Tanah Vakum dan Celana Pendek: Ironi Yai Mim Dosen UIN Malang Dianggap "Cabul"

Dramatisasi Dosen UIN Malang Vs Tetangga
Sumber :
  • Youtube

Olret – Perseteruan antara dr. Muhammad Imam Muslimin (Yai Mim), dosen UIN Malang, dengan tetangganya, Bu Sahara dan Pak Sofyan, tak hanya berkutat pada masalah parkir.

Konflik ini diperparah oleh inisiatif baik yang berujung salah paham dan yang paling parah, tuduhan asusila yang dilemparkan di ruang publik.

Dalam wawancara di kanal YouTube Denny Sumargo, Yaimim memaparkan dua babak penting konflik yang merusak reputasi dan kerukunan tetangga.

Babak I: Inisiatif Tanah yang Berbalik Bumerang

 

Awalnya, niat Yaimim adalah mulia. Ia merasa terganggu dengan lahan kosong seluas 30m×18m di depan rumahnya yang dipenuhi semak belukar dan kotor.

"Di situ sangat kotor sekali. Kalau musim hujan banyak hewan keluar, banyak ular," kenang Yaimim.

Ia pun berinisiatif membersihkan tiga kavling tanah tersebut, menghabiskan sekitar Rp 6 juta untuk biaya pembersihan dan pemagaran. Setelah lahan menjadi bersih, ia mempersilakan lahan itu digunakan oleh tetangganya, Pak Sofyan, untuk memarkir mobil-mobil rental mereka.

Namun, saat Yaimim meminta bantuan biaya pembersihan sebesar Rp 1 juta—sebuah langkah yang ia sebut untuk melibatkan tetangganya agar memiliki rasa memiliki—respon yang didapat justru mengecewakan.

"Pak Sofyan bilang, 'Aduh kemahalan, kalau sama saya paling Rp 400.000 saja'," cerita Yaimim.

Inisiatif baik Yaimim ini tidak hanya ditolak, tetapi juga berbalik menjadi tuduhan bahwa ia memindahkan patok tanah. Konflik tanah ini pun menjadi bom waktu kedua setelah masalah parkir.

Babak II: Tuduhan 'Kiai Cabul' Hanya karena Celana Pendek

 

Pukulan terberat bagi reputasi Yaimim, seorang dosen filsafat dan tasawuf, adalah tuduhan cabul yang dilemparkan oleh Bu Sahara. Tuduhan ini berawal dari insiden domestik di dalam rumah Yaimim sendiri.

Saat istrinya sedang bepergian, Yaimim naik ke lantai tiga untuk mencuci baju menggunakan celana pendek (boxer). Secara kebetulan, Bu Sahara yang berada di rumahnya melihat Yaimim.

"Bu Sahara naik ke atas, lalu teriak, 'Wah, bapaknya cabul!'" ungkap Yaimim menirukan ucapan tetangganya.

Menurut Yaimim, Bu Sahara mungkin memiliki definisi berbeda mengenai aurat dan kesopanan. Namun, tuduhan ini segera disebarluaskan di media sosial, mencoreng nama baiknya sebagai pendidik dan tokoh agama, bahkan sampai dijuluki "kiai cabul".