Part 10 (End) : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan

Alasan mendaki gunung sumbing
Sumber :
  • U-Repot

"TIDAK ADA YANG BOLEH NAIK KE GUNUNG MALAM INI! PERGI KALIAN SEMUA!!

Para pendaki itu diam sambil terus memperhatikan gerak-gerik Bang Amran yang petantang-petenteng kesana kemari.

" KALAU MASIH ADA YANG NEKAT, KALIAN TERIMA AKIBATNYA NANTI!!"

Lalu dengan sebuah gerakan tangan, Bang Idan terjatuh. Tahulah pendaki-pendaki itu apa yang sedang mereka hadapi. Yang terdepan diantara mereka, meminta teman-temannya untuk duduk bersila, sementara dia tetap berdiri dengan membungkuk sopan pada Bang Arman. Kulihat dibelakang orang itu, teman-temannya dengan tidak terburu-buru melepaskan carriernya dan digeletakkan begitu saja. Mereka lalu duduk bersila sambil berkomat-kamit. Dari jarak ini, telingaku kesulitan mendengar apa yang mereka dengungkan. Tak lama barulah kusadari, mereka tengah berzikir.

"PERGI KALIAN! TAK ADA SATU PUN MANUSIA YANG KU IJINKAN NAIK MALAM INI!"

Pendaki-pendaki itu, yang tampaknya adalah mahasiswa tak terpancing, mereka tetap duduk dan berzikir. Sementara yang paling depan mulai menyadari kehadiranku dan teman yang lain di belakang Bang Amran yang sedang bertolak pinggang.

"Baik Nek, kami tidak naik. Kami akan segera turun, Nek." Dia membuka suara dengan nada yang juga sopan.

"PERGI! PERGI KALIAN!!!"

"Kami akan pergi, Nek. Tapi ijinkan kami membawa adik-adik kami di belakang itu."

TIDAK! MEREKA SEMUA AKAN KAMI BAWA!! PERGI SEKARANG JUGA ATAU KALIAN MENYESAL, PERGI!!

Pendaki yang paling depan itu tampak memberi aba-aba sesuatu pada temannya di belakang. Lalu tanpa bicara lagi, beberapa dari mereka merangsek ke arah Bang Amran dan segera menjatuhkannya. Beberapa yang lain menolong Bang Idan, lalu menolong kami semua.

Raungan harimau kembali terdengar. Aku menutup telingaku sambil berteriak-teriak, begitu juga dengan Bang Amran yang langsung lemas tak bertenaga. Kurasakan tangan-tangan penolong itu memapahku dan segera melarikanku turun. Aku tak merasakan lagi kehadiran sosok pasangan Harimau tadi setelahnya.

Dengan mata setengah terbuka dan pandangan yang buram, kulihat Yuni yang pingsan digendong dipunggung seseorang. Tubuhnya diikat, seakan orang itu sedang menggendong carrier, dan masing-masing kami di papah oleh dua orang.