Part 10 (End) : Teror Gunung Dempo Pagar Alam Sumatera Selatan

Alasan mendaki gunung sumbing
Sumber :
  • U-Repot

Di belakangku, Yuni terlihat sudah hampir mencapai batas kekuatannya. Matanya sudah sedemikian sayu. Keadaan yang hampir sama kulihat juga di wajah Anes dan Ale. Begitupun keadaanku. Cukup satu kejadian lagi, mungkin kami berempat akan colaps. Tapi yang paling ku khawatirkan justru keadaan Bang Idan. Sepanjang perjalanan turun yang penuh teror ini, tak sekalipun kulihat tanda menyerah dimatanya. Namun semenjak kejadian terakhir, tanda itu tak lagi terlihat di matanya, dan dia lebih banyak diam.

Tapi mungkin hanya perasaanku. Karena secara berkala dia selalu menengok ke belakang untuk melihat keadaan Yuni, Anes dan Ale. Juga berulangkali menanyakan keadaan Bang Amran di depan.

Lalu cobaan itu datang lagi.

Tiba-tiba saja Bang Amran menghentikan langkahnya dalam posisi yang ganjil. Kami semua langsung tahu apa yang sedang terjadi, dan menunggu apa lagi yang akan kami alami kali ini. Bang Idan langsung waspada dan menengok Yuni. Di saat itu, Bang Amran tiba-tiba saja berlari ke depan dan melompati sebuah turunan terjal dengan sekali gerakan. Aku terpana tak bergerak melihat lompatan Bang Amran. Sementara Bang Idan yang merasa kecolongan langsung berlari mengejar Bang Amran sambil berteriak-teriak memanggil.

"AM! AAM! HATI-HATI AM, JANGAN LARI, BAHAYA! AMMM!!!"

Bang Amran dan Bang Idan berlari terus hingga hilang dari pandangan kami yang sudah nyaris tak mampu bergerak. Yuni bahkan langsung pingsan.

Kami yang tersisa, dalam diam mengangkat Yuni dan bergerak pelan dalam diam. Kelelahan fisik dan mental yang kami alami sudah diambang batas, bahkan untuk panik pun kami tak mampu.

Lalu kulihat punggung Bang Amran. Dia tengah berdiri dengan sikap congkak. Tarikan-tarikan Bang Idan seakan tak dirasanya. Kemudian kusadari apa yang sedang di hadapi oleh Bang Amran yang sedang kerasukan.

Didepannya nampak olehku sekitar sepuluh orang pendaki gunung. Aku lega dan tanpa diminta air mataku mengalir. Kami selamat! Terima kasih Ya Allah, kami selamat!
Tapi aku sudah terlalu lemah untuk bersuara. Dan kaki kami mendadak lemas ketika suara Bang Amran menggelegar.