Kisah Nyata : Azab Batu Penglaris Pasar dan Akhir Tragis Sang Pedagang Cirebon

Azab Batu Penglaris Pasar dan Akhir Tragis Sang Pedagang Cirebon
Sumber :
  • Youtube

Olret – Di bawah cahaya rembulan dan pekatnya malam di sebuah kebun beringin tua, Mas Erwin—seorang pedagang kelapa bakar yang mendadak kaya di Cirebon—membuat perjanjian yang mengubah nasibnya.

Berkelana ke Vietnam Bagian Utara, Mengikuti Musim Bunga di Akhir Tahun

Di hadapannya, sesaji lengkap diletakkan: bubur, bunga tujuh rupa, dan seekor ayam cemani hitam legam. Ritual itu dipimpin oleh Abah Kasor, seorang dukun sepuh.

Mantra digumamkan, dan darah ayam cemani ditampung dalam gelas seng. Kemudian, sebuah batu fosil hitam dimasukkan. Dalam hitungan menit yang mencekam, darah itu terserap habis, meninggalkan batu yang kini tampak berkilau dan penuh daya magis.

Honda City SUV Versi Baru Diluncurkan Dengan Harga 395 Juta Vietnam Dong di Vietnam

Inilah awal mula Batu Fosil Darah, pusaka penglaris yang membawa Mas Erwin pada kekayaan instan, namun menyeret serta seorang kuli panggul polos, Mas Kibaw, ke dalam jurang perjanjian gaib.

Janji Darah dan Larisnya Dagangan yang Melampaui Nalar

Jurus Jitu Raditya Dika: Mengubah 'Mood' Jadi Cuan dan Kekuatan di Balik Karya Jelek

Sebelumnya, Mas Kibaw hanyalah kuli panggul berpenghasilan pas-pasan. Hidupnya berubah drastis ketika Mas Erwin menawarinya pekerjaan di lapak dengan gaji fantastis. Tapi kebaikan itu berujung pada keterlibatan tanpa sadar dalam ritual gelap.

Batu penglaris itu dipercaya menyerap energi hidup dari darah cemani untuk menarik pelanggan tanpa henti. Dan benar saja, warung kelapa bakar Mas Erwin meledak.

? “Sejak itu, pembeli datang terus, seolah dipanggil,” kenang Mas Kibaw.

Penjualan melonjak dari belasan menjadi dua ratus butir kelapa sehari. Keuntungan bersih menyentuh angka Rp80 juta per bulan. Dalam waktu singkat, warung sederhana itu bertransformasi menjadi kafe modern dengan 14 karyawan dan beberapa cabang. Mas Erwin memiliki mobil mewah dan toko sembako besar; Mas Kibaw mendapatkan motor baru dan rumah.

Kejayaan datang cepat, tapi dibayar mahal. Batu kecil yang disimpan di laci kasir, dibungkus kain putih, ternyata adalah jantung dari kemakmuran palsu mereka.

Sembilan Bulan Kutukan dan Api yang Melalap Segalanya

Kekayaan itu hanya bertahan sembilan bulan. Karena kesibukan dan penyakit stroke, Mas Erwin lupa memberi "makan" batu fosil itu pada malam Kliwon yang telah ditentukan.

Seketika, kengerian melanda. Pelanggan datang, tapi mengaku “melihat warungnya tutup.” Makanan berubah gosong, ayam goreng lenyap dari wajan, dan puncaknya: salah satu karyawan kerasukan, berteriak marah karena merasa "tidak diberi makan."

Halaman Selanjutnya
img_title