Bunga Hortensia: Perangkap Cantik yang Menunda Langkah di Lereng Gunung Luhur Sukamakmur Bogor
- idris hasibuan
Olret – Usai melepas penat di Sunrise Camp, kami sebenarnya sudah bertekad untuk segera memacu langkah. Namun, alam Sukamakmur seolah punya rencana rahasia untuk menguji keteguhan hati kami.
Hanya beberapa meter beranjak, langkah kami mendadak lumpuh. Pandangan kami terkunci, tersihir oleh hamparan bunga pancawarna (Hortensia) yang sedang berada di puncak rekahan tercantiknya.
Di mana pun mata memandang, kelopak-kelopak yang gradasi warnanya begitu magis itu menyapa dengan anggun. Mereka seolah berbisik, menciptakan sebuah dilema manis: Tetap di sini menikmati surga, atau lanjut mendaki mengejar puncak? Jujur saja, saat itu kaki ini terasa seberat timah untuk melangkah pergi.
Kemewahan Hakiki di Balik Rindangnya Pinus
Duduk bersimpuh di antara ribuan bunga ini, dengan latar barisan pohon hijau yang berdiri kokoh bak penjaga hutan, adalah sebuah kemewahan hakiki yang tak bisa dibeli dengan materi.
Udara segar yang berembus lembut bukan sekadar angin; ia adalah teman setia yang menyusup ke dalam paru-paru, membasuh racun perkotaan, menenangkan hati yang riuh, dan menghapus sisa-sisa penat yang sempat menggelayuti pundak. Di sudut surga ini, waktu seolah berhenti berdetak, membiarkan kami tenggelam dalam keheningan yang syahdu.
Menuju Pos 5: Saat Keindahan Beradu dengan Kelelahan
Gunung Luhur
- idris hasibuan
Namun, sang waktu adalah penguasa yang tak kenal kompromi. Dengan berat hati, kami terpaksa menyudahi 'kencan singkat' yang tak terlupakan dengan bunga-bunga pancawarna itu. Kami pun mulai bergerak menuju Pos 5.
Jalurnya memang mulai melandai, seolah memberi ruang bagi kami untuk bernapas. Namun, di saat medan mulai bersahabat, justru di situlah rasa lelah yang sempat tersembunyi mulai menampakkan diri. Adrenalin yang tadi terpompa oleh keindahan bunga perlahan surut, menyisakan otot-otot yang mulai protes.
Dengan sisa-sisa tenaga yang semakin terkuras dan napas yang mulai memburu, kami terus berjuang meniti jalur setapak. Hingga akhirnya, pemandangan yang paling dinanti pun muncul: papan penanda Pos 5. Sebuah kemenangan kecil sebelum kami benar-benar menantang jalur menuju puncak yang sesungguhnya.