Tumbal Pesugihan Gunung Kawi: Kisah Tragis TKW Kuningan yang Dikorbankan di Taiwan
- Youtube Malam Mencekam
Olret – Ini bukan sekadar cerita horor, ini adalah kisah nyata yang menusuk hati tentang sebuah pengorbanan yang tak adil.
Kisah ini berawal di Taiwan pada tahun 2016, ketika seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Kuningan, Jawa Barat, bernama Endang, berangkat dengan satu mimpi sederhana: membantu perekonomian keluarganya.
Namun, siapa sangka, langkahnya menuju negeri asing itu adalah sebuah jebakan maut yang dirancang oleh orang-orang yang seharusnya melindunginya.
Di Taiwan, Endang bekerja untuk sepasang pengusaha, Erik dan Iren, yang tengah berada di ambang kebangkrutan. Toko sepatu mereka gulung tikar, dan rumah makan baru yang mereka buka tak kunjung ramai.
Tekanan ekonomi mendorong mereka ke jalan pintas yang paling gelap dan keji. Tanpa sepengetahuan Endang, ia telah menjadi bagian dari rencana mengerikan: ritual pesugihan Gunung Kawi.
Awal Teror di Balik Dapur Restoran
Hari-hari Endang di Taiwan dipenuhi pekerjaan yang berat. Ia harus mengurus rumah dua lantai, merawat anak-anak, bahkan memandikan anjing pudel majikannya. Di sela-sela itu, ia juga diminta membantu di rumah makan yang sepi, menghidangkan menu perpaduan Taiwan-Indonesia seperti sop babi dan sate petis.
Semua berubah pada hari kepulangan Erik dan Iren dari Indonesia. Mereka kembali dengan sebuah bungkusan misterius dan papan kayu panjang bertuliskan "Gunung Kawi." Bungkusan itu langsung disimpan di dalam kamar gudang yang dilarang keras untuk disentuh siapa pun.
Sejak saat itu, rumah makan yang tadinya sepi mendadak diserbu pembeli. Namun, Endang melihat ada yang janggal. Ia menyaksikan Iren melakukan ritual-ritual aneh: menaburkan rempah-rempah ke kuah sop dan menyiram pintu dengan air campur minyak.
Malam-malam pun menjadi mencekam. Endang sering mendengar suara tawa anak-anak dari kamar gudang yang terlarang. Rasa penasaran mengalahkan rasa takut. Ia memberanikan diri membuka pintu, dan pemandangan di dalamnya menghentikan detak jantungnya.
Tiga anak kecil bertaring menjilati air di lantai, ditemani anjing hitam bermata merah yang bisa menembus dinding. Itu adalah perwujudan dari makhluk tumbal yang kini menjadi "penjaga" bisnis majikannya.
Tubuh yang Disandera dan Nyawa yang Dipertaruhkan
Sejak kejadian itu, kesehatan Endang menurun drastis. Tubuhnya melemah, ia sering muntah, pucat, dan akhirnya jatuh sakit parah. Setelah dipulangkan ke Indonesia, keanehan justru semakin menjadi-jadi. Matanya melotot, gerak-geriknya tak terkontrol, dan yang paling mengerikan, ia minum dengan cara menjilat seperti anjing—persis seperti makhluk yang ia lihat di kamar gudang.
Satu demi satu paranormal dipanggil, namun tak ada yang mampu mengusir makhluk itu. Bahkan Ki Suma, seorang ahli supranatural, terpental ketika mencoba menggunakan ajiannya. Ketakutan dan keputusasaan menyelimuti keluarga Endang. Hingga akhirnya, seorang kiai dari kaki Gunung Ciremai, Haji Arya, datang.
Dari tubuh Endang, terdengar suara parau yang mengaku sebagai penguasa Gunung Kawi. "Tubuh ini sudah ditargetkan jadi tumbal. Sukmanya sudah saya penjarakan di Gunung Kawi," katanya.
Makhluk itu meminta sate hati babi mentah. Setelah permintaan itu dipenuhi, ia mengingkari janji dan meminta emas hasil jerih payah Endang selama bekerja di Taiwan dibuang ke sungai deras. Demi putri mereka, orang tua Endang menuruti semua permintaan aneh tersebut. Emas dibuang, ritual selesai, dan Endang pun sempat sadar.
Namun, harapan itu hanya sesaat. Keesokan harinya, Endang kembali tak sadarkan diri dan mengembuskan napas terakhirnya.
Tidak ada yang bisa dituntut, tidak ada keadilan yang bisa dicari. Keluarga Endang hanya bisa menangis dan mengutuk Erik dan Iren, bos kaya yang kini hidup makmur dengan mengorbankan nyawa seorang gadis tak berdosa.
Kisah Endang menjadi pengingat yang mengerikan, bahwa di balik kesuksesan yang misterius, terkadang ada jiwa yang dikorbankan demi nafsu dunia yang tak berkesudahan.