Lingkaran Setan Pesugihan Maung Bodas : Tumbal Nyawa Demi Harta, Berakhir Petaka

Lingkaran Setan Pesugihan Maung Bodas
Sumber :
  • Youtube Malam Mencekam

Olret – Di sebuah kampung yang sunyi di Cirebon, kisah pilu Bu Sekar masih sering jadi bahan perbincangan. Dulu, ia dikenal sebagai sosok yang tegar, menghadapi kerasnya hidup.

Lupakan Saham atau Kripto: Cara Terbijak Menghabiskan Rp100 Juta Pertama di Usia 20-an Adalah untuk Membeli Kenangan!

Namun, desakan ekonomi dan dendam yang membara akhirnya mendorongnya menempuh jalan yang amat berbahaya: pesugihan Maung Bodas. Sebuah ritual mistis yang menjanjikan kekayaan berlimpah, tapi dengan syarat mengerikan: tumbal nyawa.

Awalnya, kehidupan rumah tangga Bu Sekar hancur. Suami yang kasar dan temperamental, ditambah masalah keuangan yang tak kunjung selesai, membuat Bu Sekar merasa putus asa. Sakit hati yang menumpuk perlahan membuka jalan bagi bisikan gelap untuk menyingkirkan sang suami melalui cara gaib.

3 Jebakan Finansial yang Menjerat Usia 20-an dan 30-an: Ini Bukan Soal Uang, Tapi Soal Gaya Hidup

Ia pun bergabung dengan sebuah lingkaran pesugihan yang dipimpin oleh Abah Toha, bersama Nyai, Pak Dadang, dan Kang Asep. Mereka berbagi ambisi yang sama—mendapatkan harta pesugihan senilai 10 miliar rupiah.

Ritual dan Tumbal yang Gagal

Mengatur Keuangan Keluarga Tanpa Drama: Jurus Jitu Family Financial Planner

Ritual pertama dilakukan di sebuah rumah kosong. Dupa mengepul, bunga tujuh rupa ditebar, dan kain kafan terbentang. Bu Sekar duduk bersila, hatinya bergetar, berharap suaminya lenyap agar jalan menuju kekayaan terbuka.

Namun, hasil yang didapat sungguh mengejutkan. Suami yang seharusnya menjadi tumbal justru tidak mati. Setiap musibah yang datang, ia selalu selamat. Bahkan ketika kecelakaan parah membuatnya amnesia, nyawanya tetap utuh.

Belakangan terungkap, suami Bu Sekar memiliki banyak jimat dan khodam pelindung, termasuk kulit macan bertuliskan rajah yang membuatnya kebal dari serangan gaib.

Sementara itu, kambing-kambing yang dijadikan tumbal mati tercabik, seolah menjadi pengganti nyawa yang gagal direnggut. Abah Toha meyakinkan mereka untuk tidak berhenti, karena "janji gaib" yang sudah terucap risikonya lebih besar jika dilanggar.

Datangnya Harta, Datangnya Bencana

Mereka pun melanjutkan ritual. Hingga pada suatu malam, sebuah sosok harimau putih raksasa muncul dari kegelapan. Matanya merah menyala, dan bulu tubuhnya berkilau pucat. Sosok itu kemudian menghilang menjadi asap, meninggalkan segepok uang di atas kain kafan. Ritual berhasil.

Uang itu kemudian mereka coba di Bandung dan ternyata laku seperti uang biasa. Kegembiraan meluap, meskipun jumlahnya baru sebagian. Bu Sekar mendapat sekitar 300 juta rupiah dan langsung membelikan rumah kecil serta motor untuk anaknya.

Namun, uang dari pesugihan tak pernah membawa ketenangan. Tiga bulan kemudian, musibah datang bertubi-tubi. Anak laki-lakinya mengalami kecelakaan parah, kakinya cacat permanen, dan biaya rumah sakit menguras habis harta yang didapat.

Tak hanya itu, petaka juga menimpa anggota lingkaran lainnya. Kang Asep meninggal mendadak dalam kecelakaan motor, Pak Dadang lumpuh karena sakit keras, dan Abah Toha meninggal secara misterius. Nyai yang semula begitu yakin kini hanya bisa terbaring lemah.

Penyesalan di Ujung Usia

Ironisnya, suami Bu Sekar yang ditumbalkan berkali-kali tetap hidup dan justru semakin sukses dengan bisnis barunya. Sementara Bu Sekar, yang dulu ingin menyingkirkannya, kini kembali jatuh miskin. Rumah hasil pesugihan harus dijual untuk menyambung hidup.

Kini, Bu Sekar hanya bisa menyesali perbuatannya. Anak-anaknya sering melihat sosok bayangan tinggi besar yang seolah menghantui rumah mereka, dan auman samar yang terdengar di malam hari tak pernah membiarkan mereka tidur nyenyak.

"Jangan pernah ikuti jalan saya," ucapnya lirih. "Uang dari pesugihan tidak ada yang langgeng. Semua hilang sekejap, meninggalkan musibah."

Kisah Bu Sekar adalah pengingat bahwa pesugihan hanyalah lingkaran setan. Sekali masuk, sulit keluar. Harta yang dijanjikan memang datang, tapi selalu disertai harga yang jauh lebih mahal. Harga itu bisa berupa kesehatan, kebahagiaan, bahkan nyawa orang-orang terdekat. Pada akhirnya, yang tersisa hanyalah penyesalan.

Apakah Anda percaya bahwa uang yang datang dengan cara instan selalu membawa petaka?