Viral! Pengakuan Soimah 'Ospek' Calon Mantu Picu Kemarahan Warganet, Dianggap Ego dan 'Parenting ala VOC'

Calon mantu soimah
Sumber :
  • x.com

Olret – Sebuah pengakuan blak-blakan dari Soimah di podcast Raditya Dika baru-baru ini menjadi sorotan tajam dan memicu perdebatan panas di platform X (sebelumnya Twitter).

Ketika Soimah "Blunder": Mengapa Pengakuannya Bisa Dianggap Melanggengkan Patriarki

Soimah secara santai menceritakan cara uniknya dalam menghadapi pacar anaknya, yang ia sebut sebagai "tes mental" atau bahkan "ospek."

Alih-alih bersikap ramah, Soimah mengaku sengaja melontarkan perkataan keras hingga membuat calon menantunya menangis dan sempat ingin putus.

Pengakuan Soimah 'Ospek' Calon Mantu : 'Tes Mental' atau Kekerasan Verbal?

Meskipun disampaikan dengan nada humor dalam wawancara, cerita ini justru memicu gelombang komentar negatif dari warganet yang menilai tindakannya bukan sebagai tes, melainkan ekspresi ego dan pola asuh yang bermasalah.

Kemarahan Warganet: Lebih dari Sekadar 'Tes Mental'

 

Soimah Trending di X, Komentar Pedas Netizen Tantang "Ospek" untuk Calon Mantu Soimah

Soimah

Photo :
  • x.com

 

 

Kisah Soimah dengan cepat menyebar, dan kolom komentar di X pun dipenuhi kritikan pedas. Warganet tidak melihat ini sebagai bentuk kasih sayang, melainkan tindakan yang tidak etis. Beberapa poin utama yang menjadi sorotan adalah:

1. Arogansi dan Kurangnya Etika

Banyak warganet merasa bahwa tindakan Soimah mencerminkan sikap arogan dan meremehkan perasaan orang lain.

@ynboyann: "Memarahi anak org lain lalu membanggakan tindakannya gak mencerminkan integritas, melainkan ekspresi ego. Sikap Soimah bukan cuma melukai pihak yg dimarahi, tapi juga nunjukkin kalo dia gak ngerti sopan santun dan etika."

2. Isu Gender dan 'Parenting ala VOC'

 

 

Isu gender menjadi salah satu poin paling disorot, mengingat korban "ospek" adalah perempuan. Komentar ini menghubungkan tindakan Soimah dengan pola asuh keras yang mungkin ia dapatkan dari orang tuanya.

@dwifunnksea: "IMO akar masalahnya ya dari didikan turun temurun kalo lihat cuplikan ini. Soimah dapet parenting ala VOC dari ibunya. Berhubung dia anaknya cowo semua, makanya 'tradisi ospek' dia lampiasin ke calon mantu-mantunya, yang tentu saja cewe ??."

3. "Tes Mental" vs. Bullying

Komentar lain menyoroti absurditas alasan "tes mental" yang digunakan. Warganet mempertanyakan mengapa seseorang yang bukan calon tentara harus menjalani perlakuan buruk tersebut.

@mbarebayudewe: "Mau perempuan atau lelaki, ngga pantas diperlakukan buruk. Kalau ngga suka dengan calon, suruh anaknya utk menyudahi hubungan. Anak orang yg disayang sayang di rumah, seenaknya diperlakukan buruk, orang yg baru kenal. Apa itu tes mental! Memang mau masuk sekolah militer??"

Perdebatan Berlanjut: Batasan Antara Disiplin dan Kekerasan Verbal

 

Meskipun Soimah mungkin bermaksud baik, yaitu menguji keseriusan dan ketangguhan calon pasangannya, perdebatan yang muncul menunjukkan bahwa pandangan tersebut tidak lagi relevan bagi banyak orang.

Warganet berpendapat bahwa kekerasan verbal, bahkan yang dilakukan dengan niat "baik," tetaplah kekerasan. Mereka juga menggarisbawahi bahwa tanggung jawab ada pada anak laki-laki Soimah untuk memilih pasangannya, bukan pada Soimah untuk "menguji" mental orang lain.

Cerita ini menjadi pengingat bahwa apa yang dianggap wajar dalam didikan masa lalu bisa jadi dianggap sebagai tindakan yang tidak pantas di era modern, yang semakin menghargai etika dan kesehatan mental.