Jadilah Uswatun Hasanah, Saat Ingin Menasehati, Tanpa Melukai
- freepik.com
Olret –
(Ilustrasi 1)
“Dek, sholat sana! Main hp mulu,” teriak Mama tanpa menoleh. Jemari tangan Mama masih sibuk menari nari di atas ponsel keluaran terbaru yang sebulan lalu dibelinya.
Aku cemberut, mendengkus kesal. Dalam hati, sibuk menggerutu.
“Mama sendiri juga gak sholat, sibuk main hp juga.”
“Eh, ni Anak. Bantah mulu. Udah sholat dulu sana. Mama ini sibuk, bukan main main kayak kamu,” jawabnya sembari menoleh sebentar untuk melototiku. Tak lama, wajahnya tertunduk kembali menatap layar ponsel.
Aku mencebik, meletakkan handphone di atas meja. Lalu berjalan ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Sempat kulirik layar ponsel Mama, sedikit penasaran pada apa yang dikerjakannya.
“Hadeh, ternyata kerja sibuk berghibah ria di medsos, dasar Mama gak ada akhlak. Nyuruh anak sholat, dianya sendiri bergosip ria.”
Rasanya aku sedikit sakit hati dan terpaksa untuk menjalankan kewajiban sholat lima waktu. Apalagi, saat Mama masih terkikik sambil menatap ponselnya. Lupa, jika kemarin berjanji akan menemaniku belajar.
( Ilustrasi 2 )
“Neng, bapak minta sedekah sedikit. Bapak belum makan hari ini.” Tiba tiba seorang pengemis tua sudah berada di dekatku. Tangannya yang renta dan keriput diangkat, mengiba.
Ada rasa kasihan yang mencuat di dalam hati. Namun, rasanya enggan untuk memberi, mengingat uang di dompet tinggal satu lembar berwarna hijau. Sedang, gajianku masih minggu depan.
Saat akan mengusir pengemis tua itu selembut mungkin, Sella yang baru selesai membeli makan siang menghampiri. Dia membawa sekresek makanan untuk dimakan kami berdua.
“Ayo, pulang,” ucapnya seraya naik ke atas motor.
“Maaf ya, Pak. Saya gak ada uang,” ucapku selembut mungkin. Tangan tua yang gemetaran itu turun. Ada raut kesedihan di wajahnya saat meninggalkan kami berdua.
Sella melototiku, aku hanya cuek sambil mengendikkan bahu. Belum sempat menstater motor, gadis berkerudung biru itu segera turun dan berlari menghampiri pengemis tua yang tadi.
Aku memberikannya tampang kesal, saat dia kembali dengan wajah ceria dan senyum lebar. Kantong kresek makanan kami hilang sudah diberikan bapak pengemis itu.