Teruntuk Kamu yang Namanya Pernah Kupinjam di Dalam Doa
Olret – Aku berhenti mengagumimu. Teruntuk kamu yang namanya pernah aku pinjam dan kuselipkan di dalam doaku. Terima kasih sudah mau menjadi teman yang dapat memberikan semangat,serta nasihat nasihat yang baik. Sekarang aku nyatakan, Bahwa aku pernah mengagumimu dalam diam ku,tak sempat aku sampaikan padamu. Namun,kekaguman itu kini telah aku hentikan.
Hari ini hingga seterusnya aku tak lagi menjadi pengagum dalam diam. Karena rasa kekagumanku ini perlahan lahan menjadi kegelisahan di dalam perasaanku yang tak wajar kurasakan.
Aku berhenti meminta kepada Allah agar berjodoh denganmu. Aku berhenti menanti kamu yang mungkin kau telah melupakan aku sebagai teman yang sebenarnya kau aku kagumi dengan diam diam, serta lancang menerbangkan namamu di sepertiga malam tanpa kau mengetahuinya.
Dulu Namanya Pernah Kupinjam Untuk Selalu Ku Doakan, Kini Biarlah Menjadi Masa Lalu yang Tak Perlu di Kenang Lagi.
Aku berhenti menuliskan bait bait sajak tentangmu. Aku berhenti memperjuangkan kamu yang mungkin ditakdirkan bukan untukku. Aku berhenti mengagumimu bukan karena kau tak pantas kukagumi. Tapi karena aku sadar ada yang lebih pantas yang harus dan wajib aku kagumi. Ya,dia adalah Allah yang telah menciptakan kamu dengan segala keindahan yang ada pada dirimu.
Aku sadar, aku dan kamu bukanlah siapa siapa. Rasa dihatiku tak pantas hadir saat aku dan kamu belum memiliki ikatan. Cuma ini yang bisa aku sampaikan. Kini hanya bagian kenangan yang harus aku bersihkan. Biarlah aku yakin pada takdirNya. Siapa nantinya yang pantas aku kagumi didalam hati dan hidupku. Setelah hari sakral dan ikatan suci sudah tetjalin.
Dulu Kamu Adalah Sosok yang Paling Kukagumi, Saat Ini Kamu Sosok yang Paling Tega Menyakiti.
Terkadang mencintai manusia bisa serumit itu. Tidak ada yang benar-benar sederhana, selalu ada yang terjadi diluar rencana. Rupanya benar, ketika mencintai harus tetap menggunakan logika dan hati. Keduanya harus setara. Sebab, jika hanya hati yang memutuskan, perih menjadi resiko. Bila hanya logika yang diutamakan, tentu ego yang menjadi pamreran utamanya.