Poligami Memang Sunnah, Tapi Bukan Berarti Harus Menelantarkan Anak dan Istrimu

Poligami Memang Sunnah
Sumber :
  • u-repot

Olret – Tok. Tok. Tok. Suara ketukan pintu membangunkanku yang tak sengaja tertidur di ruang tamu. Kutatap jam dinding, pukul 10.00 pagi. Rumah memang masih dalam keadaan sepi, kedua anak lelakiku bersekolah, sedang suami berada di kantornya.

Kisah Acha Septriasa Melewati Perceraian Sendirian

“Assalamualaikum … Bu Maryam,” terdengar suara perempuan yang tak asing. Segera aku bangkit dari sofa, merenggangkan tubuh, membenarkan jilbab dan daster yang aku pakai, dan berjalan membuka pintu rumah.

Bu Inggit, wanita cantik dengan perut membuncit besar, tersenyum hangat saat melihatku. Wanita yang selalu menggunakan pakaian syar’I itu adalah tetangga yang tinggal cukup jauh dari rumah, sekaligus teman pengajian setiap pekan. Dia juga penjual daster keliling yang ada perumahan kami.

Pesan Melda Safitri untuk Suami : Tolong Perhatikan dan Jangan Telantarkan Anak

“Wa’alaikum salam warohmatullohi wabarakatuh … Eh, Bu Inggit, ayo silahkan masuk Bu … Maaf saya tadi ketiduran,” jawabku sembari tersenyum kepadanya.

Dengan langkah tertatih karena kehamilan yang sudah cukup besar, Bu Inggit berjalan menuju kursi dengan menenteng sebuah tas berisi beberapa daster pesanan di tangan kanan dan menggandeng Yusuf putra nya yang berumur 4 tahun di tangan kiri. Segera aku ikut membantu, dengan membawa tas besar miliknya, meskipun awalnya sempat ditolak secara halus.

Tips Menjalin Hubungan LDR Tanpa Banyak Konflik

Poligami Memang Sunnah

Photo :
  • u-repot

“Naik apa Bu tadi kesini? Kok tidak kedengaran suara motor seperti biasanya,” tanyaku segera mengambilkan dua gelas jus jeruk untuk Bu inggit dan Yusuf putranya. Terlihat raut lelah di wajah ibu 3 dan akan 4 orang anak itu. Bulir keringat nampak jelas di dahi dan tangannya. Bahkan tubuhnya sedikit gemetaran, mungkin karena siang ini, terik matahari terasa sangat panas.

“Jalan kaki Bu …,” jawab Bu Inggit perlahan. Sontak saja, membuatku kaget, karena tahu jarak rumah Bu Inggit dan rumahku terlalu jauh, setidaknya 3 blok harus di lewati untuk sampai kesini.

“Lho biasanya kan pakai motor Bu?” tanyaku lagi, sembari meletakkan gelas di atas meja. Yusuf, anak lelaki tampan itu segera meraih gelasnya, setelah mengucapkan terimakasih. Dia terlihat sangat haus dan langsung menghabiskan setengah gelas jusnya.

Dengan perlahan dan wajah tak yakin Bu Inggit menceritakan bahwa motor matic jualannya, terpaksa dipakai suaminya untuk mengantar Linda, istri kedua yang sedang hamil muda, agar bisa kontrol di rumah bidan yang ada di kota. Motor Pak Isman, suaminya, kemarin masuk bengkel karena mogok.

Halaman Selanjutnya
img_title