"Jebakan" Investor Asing: Kenapa IHSG Kita Rentan dan Apa Kunci Meroket ke 10.000?
- Youtube
Olret – Investor miliarder, Alvin Tanasta, membuka mata kita pada masalah struktural yang selama ini membayangi pasar saham Indonesia (IHSG).
Menurutnya, IHSG tidak hanya kurang diapresiasi, tetapi juga berada dalam 'jebakan' yang membuatnya rentan dan bergantung pada keputusan investor asing. Masalah ini bermuara pada satu angka kritis: rendahnya partisipasi investor lokal.
Partisipasi Investor Lokal: Angka yang Memalukan
Alvin Tanasta
- Youtube
Alvin membandingkan kondisi Indonesia dengan negara maju, dan hasilnya cukup mengkhawatirkan.
Persentase penduduk Indonesia yang berinvestasi di pasar saham (saham, reksadana, obligasi) saat ini hanya berkisar 1% hingga 2% dari total populasi. Angka ini amat jauh jika dibandingkan dengan Amerika Serikat, di mana partisipasi publik di pasar modal mencapai 62%.
Rendahnya angka ini menciptakan dua masalah serius yang mendera ekonomi kita:
1. Ketergantungan Asing yang Kronis
Karena dana dari masyarakat lokal minim, IHSG mau tidak mau menjadi sangat bergantung pada modal asing. Ketika dana asing masuk, pasar bergairah. Namun, begitu ada isu global atau regional yang membuat asing keluar (aksi net sell), pasar kita langsung 'jeblok' atau anjlok secara signifikan.
"Gimana orang kita enggak naruh saham di market kita sendiri," keluh Alvin.
2. Terhambatnya Kemakmuran Rakyat
Rendahnya partisipasi ini juga menghambat terciptanya kemakmuran finansial secara merata. Jika hanya 1-2% orang yang menikmati kenaikan harga saham perusahaan Indonesia, bagaimana rakyat banyak bisa 'naik kelas' dan mengatasi biaya hidup yang terus meningkat?
Solusi Radikal: Target IHSG 10.000+
Alvin Tanasta mengajukan solusi yang terukur untuk 'menyehatkan' pasar dan menghilangkan ketergantungan asing: Meningkatkan partisipasi investor domestik secara signifikan.
Ia memprediksi, jika Indonesia berhasil mendorong partisipasi masyarakat untuk berinvestasi di saham mencapai 20% dari populasi—bukan 60% seperti AS, tetapi hanya 20%—pasar kita akan jauh lebih stabil dan kuat.
"Itu IHSG 10.000 lebih tuh [kalau] 20% orang kita invest saham," ujarnya.
Kenaikan IHSG hingga menembus level 10.000 ini tidak hanya menjadi angka di papan ticker, tetapi juga berarti perusahaan-perusahaan Indonesia akan memiliki valuasi yang lebih baik, mampu berekspansi, dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja.