Para Jomblo Tak Boleh Terlalu Menderita. Hidup Tak Melulu Soal Cinta!

Jangan sepelakan jomblo
Sumber :
  • instagram

Olret – Diera kekinian saat ini nyandang status “jomblo” diusia yang udah 20-an emang sedikit terdengar tabu. Sebagian ‘orang’ masih memandang aneh usia 20-an nggak pernah pacaran yang nggak pernah merasa dicium atau dipeluk dengan lawan jenis.

Menikah Dulu atau Bantu Orang Tua? Ini Jawaban Ustadz Adi Hidayat

Pasti dikira nggak normal. ’Pasti penyuka sesama jenis’ bukan ucapan yang enak didengar. Lah kok milih sendiri dibilang lesbi, sih. Kalau nggak dibilang lesbi, ya terima aja selalu jadi bahan bullying yang dianggap selalu ngenes.

Pernah Berzina, Apakah Calon Suami Harus Mengetahuinya?
Keputusan MU "Memecat" Pemain Kuncinya Membuat Amorim Geram

Please ‘kaum muda’ Indonesia yang amat cerdas dan selalu up to date dengan headline news terdepan dan terkini. Masak kalian nggak bisa berpikir universal sih. Nggak semua orang mengganggap pacaran itu HARUS atau WAJIB. 

Masih ada segelintir orang yang memilih sendiri bukan karena mereka nggak laku atau nggak ada yang memilih. Namun atas kehendak mereka sendiri, keputusan yang mereka anggap baik untuk hidupnya.

Karena pacaran nggak menjamin masa depan. Ada masalah yang lebih menguras emosi, tenaga dan waktu selain hanya sibuk memikirkan ‘pacar mana?’. Karena sendiri bukan berarti sepi bukan? Single atau jomblo bukan dosa besar yang harus kalian tertawakan.

Aku bukan ada dibarisan “No Pacaran, Ta’aruf Aja “. Aku sama seperti gadis seusiaku. Ingin merasakan gimana sih pegangan tangan sama cowok yang kita suka, makan bareng, jalan bareng sama dia yang bikin hati deg-degan.

Tapi anehnya saat ada laki-laki yang mendekat dan bilang cinta padaku dengan ratusan alasan aku menolak. Bukan sok jual mahal. Aku gadis polos yang tak pernah mengenal cinta secara serius.

Pemikiranku dangkal soal cinta, ya begitulah. Aku menjalani 20 tahun hidupku sendiri. Aku terbiasa melakukan segala sesuatu sendiri.Aku bukan mencari laki-laki layaknya oppa-oppa tampan yang posternya terpanjang di dinding kamarku. Bukan. Bukan pula mengincar laki-laki dengan kantong tebal.

Aku pilih laki-laki yang mampu membuatku nyaman berada di sisinya, bercerita tentang dunia yang kujalani tanpa takut dia akan ‘menjauh’ setelah mendengar ceritaku. Laki-laki yang memperlakukan aku dengan sopan. Yang tak hanya menerimaku namun juga keluargaku.

Halaman Selanjutnya
img_title