Para Jomblo Tak Boleh Terlalu Menderita. Hidup Tak Melulu Soal Cinta!
Dan sepanjang penantian ini ‘dia’ masih belum menunjukan diri dihadapanku. Tuhan masih merahasiakannya, menyimpannya sampai waktu itu tiba. Aku menunggu waktu itu datang.
Aku isi hari ku yang sendiri dengan rutinitas yang menyibukkan. Membangun mimpi yang ingin ku capai. Berjuang mewujudkan satu per satu mimpi ku sendiri. Mimpi-mimpi yang telah ku rancang dengan sangat baik. Sebuah perjalanan hidup yang begitu menguras waktuku. Sibuk bangkit saat aku terjatuh dalam misi mewujudkan mimpi. Jatuh lagi dan bangkit lagi (sendiri).
Aku wanita mandiri yang tak mengganggap status ‘single’ sebagai suatu masalah besar. Aku percaya Tuhan punya rencanya sendiri. Untuk urusan ‘cinta’ aku serahkan pada Tuhan. Aku pasrah kisah cintaku nanti padanya.
Bagaimana rupa laki-lakiku hidungnya kulitnya. Apa pekerjaannya? Apa yang ia tawarkan untuk masa depan kami nantinya. Aku terima segala yang telah Kau atur, Sang Pemilik Kehidupan.
‘CINTA’ bukan sesuatu yang saat ini mengganggu pikiranku.
Aku cukup lelah mengurus impianku yang ternyata tak mudah. Butuh usaha keras untuk menciptakannya jadi nyata. Aku cukup sakit kepala menata keuanganku yang sangat menepis. Berjuang keras sendiri menambah pundi-pundi di dompetku. Aku iri melihat teman seperkuliahan yang mengenakan pakaian baru disetiap materi, gonta-ganti sepatu, tas sesuka mereka tanpa memikirkan dompet yang akan kempis.
Aku ingin seperti mereka. Menikmati masa kuliah yang tak akan terulang. Nongkrong sehabis jam kuliah berakhir. Namun aku belum bisa berfoya seperti mereka.Aku harus irit tapi nggak pelit, menabung demi uang semester.
Aku mendoktrin diriku sendiri “Aku berbeda dengan mereka, aku harus berkerja, sabar dengan prosesnya jika ingin terlihat seperti mereka”. Tak ada kata “weekkend” dalam kamusku. Hari libur juga mesti kerja. Bukan terlalu ambisius apalagi serakah. Aku hanya memanfaatkan waktu kosongkku untuk memiliki sebuah pekerjaan. Aku butuh uang. Bukan hanya untukku namun juga untuk orang yang kusayang, Ibu dan Bapakku.
Dua orang yang selalu menjadi penyemangatku. Saat aku terlampau lelah mengejar apa yang terasa sulit untuk kugapai. Saat aku ingin menyerah. Mereka merangkulku beri aku kekuatan hanya dengan pelukkan. Aku tak bisa berhenti memupuk harapanku akan hidup yang lebih baik.